Masjid yang Tetap Kukuh saat Tsunami Aceh, Kini Jadi Objek Wisata

Masjid yang Tetap Kukuh saat Tsunami Aceh, Kini Jadi Objek Wisata
PUTIH BERSIH: Masjid Rahmatullah yang berdiri tegak di tengah Gampong Lampuuk, Aceh Besar. Kondisinya bertambah cantik sehingga menarik perhatian wisatawan. Foto: Bayu Putra/Jawa Pos

’’(Bangunan) itu mau dijadikan galeri tentang masjid ini agar wisatawan nonmuslim juga bisa menyaksikan dari dekat. Sebab, selama ini wisatawan nonmuslim tidak diizinkan masuk ke ruang utama masjid,’’ lanjut dia.

Syahrizal menuturkan, Masjid Rahmatullah dibangun secara swadaya dan bertahap pada 1990. Biayanya mencapai Rp 500 juta. Dari dana sebesar itu, Rp 150 juta hasil urunan warga.

Selebihnya menggunakan uang hasil lelang sarang walet milik desa. Sarang tersebut berada di sebuah gua tepi laut di kawasan perbukitan sebelah desa. 

’’Gua itu disewakan Rp 70 juta setahun. Pemenangnya bisa memanfaatkan gua itu untuk sarang walet selama masa sewa. Jadi, setiap tahun gua itu dilelang agar dapat harga yang terus naik,’’ tuturnya. 

Masjid tersebut diresmikan pada 1998 dan mampu menampung 4.000 jamaah. Namun, pada hari-hari biasa, masjid hanya terisi tak lebih dari setengahnya. 

Jamaah baru penuh bila salat Jumat atau salat Idul Fitri dan Idul Adha.

Salah satu keunggulan masjid seluas 1.600 meter persegi itu adalah tiang-tiang betonnya yang tebal dan kuat. Begitu pula temboknya. 

”Temboknya menggunakan bata dua susun yang dijajar,” ucap ayah satu anak tersebut.

FOTO udara Masjid Rahmatullah di Lampuuk, Aceh Besar, pada 12 tahun silam, menjadi viral di dunia maya.  Pasalnya, itulah satu-satunya bangunan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News