Master Bagasi Membuktikan, Gen Z Bisa Loyal kepada Perusahaan

jpnn.com, DEPOK - Sebuah rilis dari Intelligent menemukan sebanyak 75% perusahaan yang disurvei memecat lulusan baru yang direktrut tahun ini.
Alasannya beragam, mulai kinerja yang tidak memuaskan, kurangnya inisiatif, profesionalisme, kemampuan memecahkan masalah hingga minim ketrampilan komunikasi yang baik. Laporan tersebut semakin memperkuat stigma negatif Gen Z dalam dunia kerja.
Namun, fenomena tersebut berbanding terbalik dengan kondisi di startup cross border e-commerce pertama buatan bangsa Indonesia, Master Bagasi.
Sejak pertama kali dibentuk tahun 2021, semua tim yang terlibat di Master Bagasi adalah Gen Z.
“Dari awal pendirian, tim yang terlibat dalam operasional dan pengembangan Master Bagasi didominasi oleh Gen Z. Hingga sekarang, jumlah tim dari anak-anak muda usia 20an tahun itu, terus bertahan bahkan bertambah,” jelas Amir Hamzah, Founder & CEO Master Bagasi.
Menurut Hamzah, people adalah bagian penting dalam menjaga fundamentas bisnis Perusahaan. Hal itu, Hamzah rasakan sejak kali pertama berinteraksi bersama Gen Z membesarkan Master Bagasi yang akses marketnya sudah menembus lebih dari 100 negara tersebut.
Lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu berujar, salah satu kuncinya ada pada penerapan core values “learn, build & deliver” perusahaan.
Core values itu menjadi semangat dan DNA seluruh tim dalam membangun entitas usaha yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
Kiprah Gen Z di Master Bagasi menjadi catatan tersendiri bahwa tidak semua Gen Z bereputasi negatif di dunia kerja
- Altair Dialogue Resmi Berdiri, Targetkan Jadi Rumah bagi Ribuan Streamer
- RUU BUMN Mewujudkan Peran yang Lebih Optimal
- Gen Z Didorong Melek Finansial melalui Edukasi dan Inovasi Digital
- Spiritual Holiday, Tren Baru Gen Z Bikin Libur Lebaran Lebih Bermakna
- Kemenag Gelar Ngabuburead Kepustakaan Islam, Dorong Peningkatan Literasi Generasi Z
- Master Bagasi dan Kemlu RI Perkuat Kolaborasi Nusantara Wave