MasterChef Australia dan Pendidikan Indonesia
Tekanan, ketakutan dan persaingan adalah suasana yang dibangun di acara MasterChef Indonesia.
Suasana yang terjadi di kedua acara bertajuk sama ini, sedikit banyak menggambarkan kultur yang terbangun di tempat pendidikan kedua negara.
Terbentuk kebiasaan bahwa murid baru di Australia disambut dengan kehangatan dan senyum ceria seluruh warga sekolah, dan bahkan alih-alih diorientasi dengan keras, mereka akan dilindungi oleh kakak kelasnya.
Kesan pertama saat kita hadir di suatu tempat baru tentu saja sangat berpengaruh pada hubungan kita dengan orang lain di lingkungan tersebut.
Saya gembira saat ini, Indonesia mulai mengubah budaya senioritas dalam orientasi siswa baru menjadi budaya kehangatan dalam menyambut kedatangan mereka ke sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk belajar.
Kedua, di MasterChef Australia, saat para juri mencicipi masakan para peserta. Tidak ada sediki pun terlihat wajah menyepelekan atau merendahkan hasil kreasi masakan peserta.
Hal pertama yang mereka lakukan adalah sedapat mungkin melihat sisi positif pada makanan tersebut dan tidak segan-segan memberikan apresiasi positif jika memang masakan peserta tersebut tergolong luar biasa.
Selanjutnya jika mereka menemukan kekurangan, baru kemudian mereka mengatakannya secara obyektif bahwa ada hal-hal yang kurang optimal dicapai oleh peserta. Terakhir mereka akan memberi kata-kata penyemangat untuk peserta.
Kompetisi memasak MasterChef Australia yang baru berakhir penayangannya Senin (27/7/2015), menarik perhatian warga Indonesia di Australia. Pasalnya,
- Dunia Hari Ini: Harvey Moeis Divonis Enam Setengah Tahun Penjara
- Australia Membutuhkan Pekerja Lepasan yang Cukup Banyak Menjelang Akhir Tahun
- Sebuah Gelombang Besar yang Menerjang Asia
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan Masih Ancam negara Bagian Victoria di Australia
- Dunia Hari Ini: 51 Pria Dijatuhkan Hukuman Atas Kasus Pemerkosaan Prancis
- Anggota Bali Nine Sudah Bebas dan Kembali ke Keluarga Masing-masing