Masuk Tim Peneliti NASA, tak Pernah Terpikir Pindah Kewarganegaraan
’’Saya bersama teman-teman juga membuat alat pendeteksi lemak babi dengan penciuman,’’ ujar dosen terbaik IIUM pada 2010 tersebut.
Namun, semua itu tidak berarti Irwan tidak lagi nasionalis. Dia tetap cinta Indonesia. Sampai saat ini, dia juga sering wira-wiri Malaysia–Indonesia.
Selain mengajar sebagai dosen tamu di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia, dia terus memotivasi para peneliti muda untuk terus berkarya.
’’Saya ke acara ini sekalian menghadiri sidang mahasiswa S-3 Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang saya bimbing. Dia membuat penelitian soal produksi gelatin halal dari kulit kambing lokal untuk cangkang kapsul obat,’’ ungkapnya.
Irwan berjanji terus membantu kemajuan iptek di Indonesia. Meski, kadang peneliti di Indonesia kurang berambisi untuk melakukan riset. Padahal, fasilitas penelitian antara Indonesia dan Malaysia hanya berbeda tipis.
’’Di Indonesia fasilitas penelitian yang bagus hanya ada di kota-kota besar dan jarang dibuka untuk kalangan luar. Berbeda dengan Malaysia yang merata di berbagai kota,’’ ungkapnya.
Para ilmuwan Indonesia, kata Irwan, juga kurang fokus dalam mengejar temuan-temuan baru. Dia tidak tahu penyebabnya. Apakah karena riset hanya pekerjaan sampingan (yang utama menjadi dosen) atau karena insentif yang diterima tidak sesuai dengan harapan.
’’Harusnya peneliti tak perlu melulu mencari insentif,’’ jelasnya.
’’LAUT bukan pemisah, tapi penghubung,’’ tegas Raden Dwi Susanto, diaspora yang kini tinggal di Amerika Serikat, saat tampil
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408