Masyaallah
Oleh Dahlan Iskan
Maulana Ibrahim, asal Jakarta juga datang dari Islamabad. Mereka menyewa mobil. Bergantian mengemudikannya. Lewat Motorway yang bagus dan murah itu.
Saya serahkan kepada mereka. Mau sambil makan malam di mana. "Suka makan apa?" tanya Fahmi.
Masakan apa pun saya suka. Toh pilihannya tidak banyak. Kalau tidak kambing ya domba. Kalau tidak chappati ya naan.
Mereka memilih restoran yang unik. Di puncak bangunan tua tujuh lantai. Di lantai yang tidak ada atapnya. Menghadap ke langit. Bisa sambil melihat Masjid Badshahi dari atas. Di waktu malam. Dengan udara sejuk sekitar 22 derajat.
Musik dari lantai bawah terdengar sampai atap ini. Sesekali penyanyinya naik. Dengan mikrofon wireless. Menyanyikan lagu-lagu entahlah. Itu lagu India atau Pakistan. Di telinga saya kedengarannya sama saja.
"Itu lagu Punjabi," ujar Fahmi.
Toh sama juga.
Ada beberapa restoran seperti itu di deretan jalan pendek ini. Yang jalannya dibebaskan dari lalu lintas.