Masyarakat Harus Belajar dari Isu Diskriminasi Mahasiswa Papua di Surabaya

jpnn.com, JAKARTA - Demonstrasi yang terjadi di sejumlah daerah di Papua dan Papua Barat dinilai dapat memicu perpecahaan, ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan konflik sosial. Ujungnya dapat memecah belah persatuan bangsa.
Padahal isu rasisme dan diskriminasi mahasiswa Papua serta informasi penyerangan asrama Papua di Surabaya tidak diketahui kejelasannya.
Ketua Ikatan Keluarga Besar Papua Surabaya (IKBPS) Peter Frans Rumaseb menilai untuk yang kesekian kalinya berita hoaks, telah mengusik perdamaian kehidupan berbangsa.
Ia juga kaget demonstrasi di sejumlah wilayah di Papua dan Papua Barat dilatarbelakangi isu diskriminasi mahasiswa Papua di timur Pulau Jawa menjadi yang merupakan informasi sumir.
"Kami berharap mama dong semua di Papua, papa dong semua di Papua, saudara-saudara kita di Papua, bahwa kita di Surabaya aman. Anak-anak kuliah di sini aman, tidak ada masalah. Tidak usah khawatir, tidak perlu khawatir yang berlebihan," kata Peter dalam keterangan tertulis, Jumat (23/8).
Peter menambahkan dirinya tahu, bahwa dua hari sebelumnya ada 43 mahasiswa Papua yang sempat diamankan di Polrestabes Surabaya, Jawa Timur.
Seketika mendengar berita itu pun, ia mengaku langsung melakukan pendampingan, bahkan hingga proses pemeriksaan tuntas dan masing-masing dari mereka dikembalikan ke asrama.
Dari situ, ia mafhum, ada hoaks beruntun yang berbuntut pada kericuhan di Manokwari, Papua.
Demonstrasi yang terjadi di sejumlah daerah di Papua dinilai dapat memicu perpecahaan
- Andreas: Kejahatan yang Dilakukan KKB tak Boleh Dibiarkan Terus Menerus Terjadi
- Tak Ada Luka Tembak di Jasad 11 Korban Pembantaian oleh KKB
- Komnas HAM Kecam KKB yang Bunuh Pendulang Emas di Papua
- Mabes TNI Tuding KKB yang Bantai Pendulang Emas Lakukan Propaganda
- 11 Pendulang Emas Tewas Diserang KKB Papua, Pemerintah Fokus Evakuasi Korban
- Budi Gunawan Kutuk Aksi KKB Membantai 11 Pendulang Emas di Yahukimo