Mata Mustafa Sudah Rabun, Tetap Melaut Demi Enam Anaknya
Penglihatannya mulai terganggu dan membuatnya lebih banyak mengandalkan intuisi dalam melaut.
Si sulung Ali Mustafa yang baru berusia 12 tahun pun harus turun tangan membantu ayahnya melaut di sela-sela kegiatan sekolah.
Mustafa biasa melaut sejak pagi hingga sore. Kadang ia sampai harus pulang malam bila ikan sedang enggan mendekati umpannya.
Sang istri membantu menambah penghasilan dengan membantu tetangga kiri kanan, membakar sagu atau mencabut kacang tanah saat musim panen tiba.
Pria asal Papua ini tak punya banyak pilihan. Keenam anak dan istrinya butuh makan. Uang untuk belanja kebutuhan perut sering sekali kekurangan. Belum lagi uang sekolah anak-anak yang kerap menunggak.
Saat disambangi Komunitas Kasbi kemarin (27/8), Mustafa dan Marlina tak sanggup menahan jatuhnya airmata.
Apalagi saat komunitas anak muda ini menyampaikan niat hendak membantu memperbaiki rumah yang hanya memiliki satu kamar itu.
Mustafa mengaku, ia kerap sulit tidur di malam hari. Hati dan pikirannya selalu terbebani dengan pertanyaan besok bisa makan apa.
Mustafa Tanoi merupakan nelayan yang matanya sudah rabun. Setiap hari, ia harus memutar otak memberi makan istri dan anak-anak yang masih kecil-kecil.
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408