Matahari Tak Bertanya Kepadamu

Matahari Tak Bertanya Kepadamu
Matahari Tak Bertanya Kepadamu
Sebaliknya, jika politik menjadi air dan ekonomi adalah api, maka si "api" akan padam jika disiram dengan air. Ongkosnya akan sangat mahal. Jika para menteri dan dirut BUMN asyik dipanggil ke DPR, lalu dicecar dengan berbagai soal yang sebetulnya akan dipertanggung-jawabkan pada waktunya, maka waktu akan habis hanya untuk "berbalas pantun" di parlemen.

Gejala heavy polititics ini tak hanya di pusat, tetapi juga di daerah. Tak heran jika terbetik kabar bahwa banyak provinsi yang belum melaporkan APBD-nya ke pusat karena belum disahkan oleh DPRD. Gejala itu juga terjadi di tingkat kabupaten dan kota. Padahal, APBD kabupaten dan kota itu menyangkut kepentingan masyarakat, tetapi tersandera oleh berbagai konflik dan kepentingan politik.

Fenomena ini tampaknya yang belum menemukan formula dan porsinya sedari dulu hingga kini. Ketika kita asyik bertengkar, matahari tak pernah bertanya kapan ia hendak terbit dan tenggelam. Tahu-tahu 2010 pun lewat, dan menyusul 2011 dan 2012. Sementara bejibun masalah masyarakat belum juga tertunaikan. Oh, politik, bisakah Anda lebih ramah? (*)

MATAHARI tidak pernah bertanya kepadamu kapan ia terbit dan tenggelam. Tiba-tiba sekarang sudah 2010, padahal sorak-sorai kampanye Pemilu 2009 rasanya


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News