Mati Berdiri

Oleh Dahlan Iskan

Mati Berdiri
Ilustrasi: disway.id

Sekarang saya harus tetap optimistis - -optimistis level tiga. Saya akan diam saja kalaupun diputuskan harus impor mobil listrik. Apa boleh buat. Akar pun jadi.

Pun kalau harus perusahaan asing yang mendirikan pabrik mobil listrik di Indonesia. Saya akan diam menerima.

Saya sudah siap mental untuk menerima new normal itu --ups, new reality itu. Move on.

Toh harapan pada dua-kilang-besar-baru itu sudah pupus. Investor nan gagah berani dari Oman saja sudah mundur dari proyek itu di Bontang. Dan investor malaikat dari Saudi --Aramco-- juga sudah mundur dari proyek kilang Cilacap.

Padahal tidak ada lagi isu tanah. Pertamina sudah menyelesaikan pengadaan tanah yang sulit itu. Yang setiap kilang setidaknya 250 hektare itu.

Saya tidak tahu fasilitas apa saja yang sudah disetujui saat mereka OK membangun dua kilang itu, tetapi tidak perlu dibahas. Toh sudah batal.

Ups... Masih ada cadangan optimisme.

Mengapa tidak membangun kilang kecil-kecil saja? Misalnya kelas 10.000 barel/hari? Sekaligus banyak? Di beberapa lokasi? Terutama lokasi di dekat sumur minyak-mentah? Sekaligus memperbaiki rasio biaya logistik?

Setiap presiden ingin membuat sejarah. Apalagi ini sejarah yang sangat seksi: bisa mengatasi impor BBM --yang jadi sumber fitnah terbesar dan terpanjang dalam sejarah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News