Mau Tau Asal-usul dan Sejarah Dialek Unik Tionghoa Surabaya? Masuk Sini!
jpnn.com - DIALEK para Tionghoa Surabaya bisa dikatakan lain daripada yang lain. Mungkin, orang di luar Surabaya akan menganggap aneh dan bisa jadi senyum-senyum sendiri. Nah, lantas bagaimana sejarahnya?
Dosen Jurusan Ilmu Sejarah Unair Shinta Devi Ika Santhi Rahayu mengakui, munculnya dialeg khas Tionghoa Surabaya tak lapas dari sejarah masa lalu.
Dia menjelaskan, masyarakat Tionghoa di Surabaya masuk dalam dua gelombang.
Pertama, pada abad ke-13-15, mereka datang karena berdagang. Sedangkan gelombang kedua adalah kedatangan perantauan warga pesisir Tiongkok Selatan. Mereka merantau ke Surabaya karena kekacauan pergantian dinasti dari Ming ke Cing pada 1644.
Surabaya dipilih sebagai tempat perantauan karena mereka berpikir kota ini lebih aman meski dalam posisi dijajah Belanda. "Sampai di Surabaya, orang Tionghoa tinggal di sepanjang Kalimas," kata Shinta.
Para pedagang maupun pelarian yang datang ke Surabaya itu menggunakan bahasa Hokian. Mereka tidak bisa bahasa Mandarin. Sebagai contoh, hitungan angka yang populer adalah ce, neng, sa, si, go (1, 2, 3, 4, 5).
Itu merupakan hitungan dalam bahasa Hokian. Beda halnya dengan hitungan dalam bahasa Mandarin, yakni yi, er, liang, san, si.
Shanti menjelaskan, para perantau Tionghoa cenderung bisa mengikuti kebudayaan setempat.
DIALEK para Tionghoa Surabaya bisa dikatakan lain daripada yang lain. Mungkin, orang di luar Surabaya akan menganggap aneh dan bisa jadi senyum-senyum
- 4 Santri Meninggal Tertimpa Tembok Ambruk di Pesantren Sukabumi
- Polda Sumsel Berikan Makan Siang Gratis kepada Siswa SDN 036 Palembang
- BPTD Jabar Sidak Pul Bus Pariwisata Menjelang Nataru, Antisipasi Kendaraan Bodong
- Bersama Masyarakat, Polres Rohul Deklarasi Kampung Bebas Narkoba di Desa Puo Raya
- BPTD: 1.000-an Bus Pariwisata di Jawa Barat Tidak Laik Jalan
- Jadi Muncikari di Rohul, 3 Orang Perempuan Ditangkap Polisi