Maureen, Bayi yang Terpaksa Cacat Jari Tangan

Ada Wacana, Disambung dengan Jari Kaki

Maureen, Bayi yang Terpaksa Cacat Jari Tangan
KORBAN: Maureen Angela dalam gendongan ibunya Linda Kurniawati di rumahnya di Cibodas, Tangerang, Banten (10/03/2011). Foto: Hilmi Setiawan/Jawa Pos

Malam itu keluarga Linda tidak bisa tidur nyenyak. Bersama suaminya, Linda terus menjaga anaknya yang rewel, muntah-muntah, dan berak itu. Pagi pun tiba. Maureen dibawa kembali ke RS Awal Bross.

Sesampai di rumah sakit, Maureen dirawat di instalasi unit gawat darurat. Meskipun kondisinya cukup kritis, Maureen belum bisa dimasukkan di ruang ICU (intensive care unit) yang peralatannya lebih canggih. Linda menjelaskan, anaknya tidak bisa dibawa ke ICU karena dirinya tidak bisa menyiapkan uang muka rawat inap di ICU yang mencapai Rp 10 juta. Saat itu dia hanya bisa menyediakan uang sekitar Rp 3,5 juta.

Karena tidak berhasil bernegosiasi dengan pihak rumah sakit, Linda pun merelakan anaknya dirawat di UGD. Menjelang malam, Linda pulang sebentar untuk mengambil pakaian. Sekitar pukul 21.00, pihak rumah sakit menelepon bahwa kondisi Maureen semakin buruk.

Dengan perasaan cemas, Linda pun kembali meluncur ke rumah sakit. Perasaan terkejut, kecewa, dan tidak terima bercampur aduk ketika Linda mendapat kabar bahwa jari kelingking tangan kanan Maureen melepuh. Warnanya merah bercampur ungu, seperti luka yang muncul akibat terbakar. "Dokter bilang, kondisi itu muncul setelah dilakukan terapi bicnat (pemberian cairan infus bicarbonaie natrium)," ujar Linda. 

Kasihan Maureen Angela. Bayi 8 bulan itu mengalami cacat permanen: dua ruas jari kelingking tangan kanan hilang. Itu terjadi ketika dia dirawat di

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News