May Fokus Loloskan Brexit
jpnn.com - Perdana Menteri (PM) Theresa May tahu bahwa Partai Konservatif tidak menghendakinya tetap duduk di kursi pemimpin saat Inggris membahas langkah British Exit (Brexit) berikutnya. Maka, untuk memperlancar sidang parlemen hari ini (29/3), perempuan 62 tahun itu menyatakan niatnya untuk mundur dari jabatan ketua partai. Tapi, dia akan tetap menjabat PM sampai ada pengganti.
May berani menawarkan alternatif tersebut karena ingin parlemen satu suara dalam voting penentuan Brexit Jumat ini. Selama ini suara Konservatif yang terbelahlah yang membuat kesepakatan Brexit tak kunjung lolos di parlemen. Dia berharap, dengan merelakan kursi ketua partai, parlemen akan sepakat soal Brexit.
"Saya tahu ada keinginan untuk menerapkan pendekatan yang berbeda lewat ketua (partai) yang baru. Pada fase kedua negosiasi, saya tidak akan menjadi penghalang," ujar May dalam pertemuan internal partai Rabu waktu setempat (27/3). Kepada Agence-France Presse, dia mengaku rela meletakkan jabatannya sebagai pemimpin tertinggi Konservatif. Semua demi Brexit. Demi Inggris.
Setelah tidak lagi menjadi ketua partai nanti, May tidak akan lagi ikut campur soal kebijakan Konservatif tentang Brexit. Namun, dia akan bertahan sebagai kepala pemerintahan sampai partainya menentukan pengganti.
May optimistis tawaran itu akan membuat para politisi Konservatif luluh. Dengan demikian, proposalnya soal Brexit bisa gol sebelum batas waktu berakhir pada 12 April. "Saya meminta semua orang di ruangan ini mendukung kesepakatan saya agar pemerintah bisa menepati janjinya kepada rakyat," tegasnya sebagaimana dilansir BBC.
Lantas, apa tanggapan para legislator? Sebagian anggota parlemen memang langsung banting setir. Mereka menyatakan kesediaannya mendukung kesepakatan Brexit. Salah seorang di antaranya adalah Boris Johnson. Mantan menteri luar negeri (Menlu) Inggris tersebut mengaku akan mendukung proposal May.
"Meski menyakitkan, saya harus mendukung alternatif itu," ujar Johnson sebagaimana dikutip CNN. Dia menambahkan, keputusannya untuk berubah haluan dan mendukung proposal May adalah bentuk tanggung jawabnya terhadap amanah rakyat. Khususnya, amanah 17,4 juta rakyat yang memilih Brexit pada referendum 2016 lalu.
Namun, tidak semua politikus tergerak hatinya. Legislator pro-Eropa Jacob Rees-Mogg menegaskan bahwa dirinya tidak akan mengubah pendirian. Demikian juga partainya, Democratic Unionist Party (DUP). Sebab, rakyat Irlandia Utara pun tidak menghendaki proposal May diterapkan di wilayahnya. Terutama kebijakan soal backstop.
Perdana Menteri (PM) Theresa May tahu bahwa Partai Konservatif tidak menghendakinya tetap duduk di kursi pemimpin saat Inggris membahas langkah British Exit ( Brexit )
- Demi Anak-Anak, Inggris Bakal Larang Vape Sekali Pakai Tahun Depan
- Inikah Isyarat Liam Gallagher soal Album baru Oasis?
- Dampak Kerusuhan, Inggris Bakal Perketat Sensor Konten Media Sosial
- Warga Inggris Ditangkap Polisi Gegara Meneror Sopir Bus Muslim
- Muak dengan Kerusuhan, Mayoritas Warga Inggris Dukung Pengerahan Tentara
- Blackpool Pinjam Elkan Baggot dari Ipswich Town