Mayat – mayat Bergelimpangan di Jalan, Merinding
jpnn.com - Hari pertama pascagempa disusul tsunami di Donggala dan Palu, Sulteng, terlihat mayat-mayat bergelimpangan di jalanan, Sabtu (29/9).
LAPORAN RIDWAN MARZUKI
Suara Wahyudi Widodo tiba-tiba terhenti. Mirip orang tersedak. Atlet paralayang, ini sudah empat hari di Palu, saat getaran bumi menyentakkannya. Gempa datang dengan daya kejut luar biasa.
Awalnya hanya getaran kecil. Lalu menyusul sangat besar. Mencapai 7,7 Skala Richter yang belakangan BMKG meralatnya menjadi 7,4 SR. Gempa susulan inilah yang melantakkan bangunan, jalan, dan jembatan.
"Banyak sekali korban. Saya merinding mengingatnya," ujar Wahyudi sesaat setelah tiba di Lanud Hasanuddin, malam tadi.
Ia sempat menahan napas, lalu melanjutkan ceritanya. Wajahnya masih diliputi trauma. Tubuhnya gemetaran dan terlihat lunglai. Dia sangat sedih. Banyak rekannya tewas korban gempa dan tsunami.
Wahyudi merupakan salah seorang korban selamat yang turut dievakuasi dari Palu ke Makassar. Warga Bondowoso, Jatim ini, ke Palu untuk mengikuti kejuaraan paralayang internasional, 23-29 September. Pesertanya 63 orang dari lima negara. Bersama rombongan dari daerahnya, dia menginap di Penginapan Borneo, sebuah penginapan di kawasan Kota Palu.
Hari pertama pascagempa dan tsunami di Donggala dan Palu, dilaporkan mayat-mayat bergelimpangan di jalan.
- Jembatan Jalur Evakusi Tsunami di Pasaman Barat Ambruk, 10 Orang Masuk Sungai
- BMKG Pastikan Gempa Magnitudo 7,2 di Jepang Tak Berdampak bagi Indonesia
- Gempa Bumi M 5,7 Guncang Pulau Nias, BMKG Bilang Begini
- KPK Sebut Korupsi Proyek Kementerian PUPR Membuat Shelter Tsunami Lemah
- Gempa 6 Magnitudo di Kepulauan Talaud Tak Berpotensi Tsunami
- BMKG Ungkap Penyebab Gempa M5,1 yang Mengguncang Sumba Barat, NTB