Mayat – mayat Bergelimpangan di Jalan, Merinding
"Keadaan sangat mencekam. Masing-masing berupaya menyelamatkan diri. Kota lumpuh," urainya menggambarkan suasana sesaat setelah gempa.
Bersama sejumlah tamu lain yang menginap di Borneo, pria 42 tahun ini menyelamatkan diri sekuat tenaga. Berlari ke arah mobil pikap, lalu menuju ke perbukitan di Kawasan Balani. Mereka mengungsi. Tak tidur hingga pagi.
Yustira Ramadani (42), lain lagi. Koordinator Tim Paralayang Jatim ini menginap di Hotel Roa-roa, Palu. Rombongannya 10 orang bersamanya. Namun, nasib mengharuskan tiga rekannya tak pulang.
"Mereka di lantai tujuh, lalu bangunan rubuh hingga ke dasar. Mereka masih tertimbun," ujar Yustira sedih, suaranya parau.
Bangunan itu luluh lantak. Tak menyisakan satu lantai pun. Dia memperkirakan, puluhan orang masih terjebak di dalam bongkahan bangunan Hotel Roa-roa. Tak ada yang bisa mengevakuasi. Peralatan tiada, tim SAR pun belum tiba.
"Saya tidak mengatakan meninggal, tapi belum ditemukan. Kemungkinan terjebak di reruntuhan hotel. Dua cedera, Sugeng dan Vicky," imbuh pelatih Tim Paralayang Jatim ini.
Yustira dan beberapa rekannya beruntung masih di lobi saat puncak gempa terjadi. Dengan cekatan dia melompat keluar dari lobi ketika bangunan rubuh dengan cepat.
Saat sudah berada di jalan, seluruh lantai telah ambruk. Sebuah kesyukuran sekaligus kepiluan baginya. Syukur karena selamat, pilu karena sebagian rekannya tertimbun.
Hari pertama pascagempa dan tsunami di Donggala dan Palu, dilaporkan mayat-mayat bergelimpangan di jalan.
- Gempa Berkuatan Magnitudo 4,2 Guncang Lombok, Tidak Berpotensi Tsunami
- Sebuah Gelombang Besar yang Menerjang Asia
- Jembatan Jalur Evakusi Tsunami di Pasaman Barat Ambruk, 10 Orang Masuk Sungai
- BMKG Pastikan Gempa Magnitudo 7,2 di Jepang Tak Berdampak bagi Indonesia
- Gempa Bumi M 5,7 Guncang Pulau Nias, BMKG Bilang Begini
- KPK Sebut Korupsi Proyek Kementerian PUPR Membuat Shelter Tsunami Lemah