Mayoritas PSK dari Daerah

Mayoritas PSK dari Daerah
Mayoritas PSK dari Daerah

jpnn.com - TEGALSARI - PSK yang beroperasi di lokalisasi Sememi mayoritas bukan warga Surabaya alias berasal dari daerah lain. Berdasar data Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, di antara 373 PSK, yang berasal dari Surabaya hanya 5 orang. Terbanyak adalah PSK yang ber-KTP Malang dan Indramayu.

Banyaknya PSK yang berasal dari luar Surabaya membuat penutupan lokalisasi diyakini bisa berjalan mudah. Pemkot tinggal mengeluarkan larangan izin bangunan untuk dijadikan sebagai tempat prostitusi sesuai dengan Perda No 7/1999.

Kabid Rehabilitasi Sosial (Rehabsos) Dinsos Surabaya Dedy Sosialisto menjelaskan, data itu akan menjadi rujukan untuk penutupan lokalisasi Sememi. Sebab, menurut data, Surabaya terbukti hanya digunakan sebagai tempat prostitusi. ''Ini sama saja membuat nama Surabaya jelek. Kami kena getahnya saja. Yang beroperasi di lokalisasi ternyata adalah orang di luar Surabaya,'' ujarnya.

Dedy mengungkapkan, keberadaan lokalisasi memberikan dampak negatif bagi kota ini. Selama ini nama Surabaya hanya dikenal sebagai kota yang memiliki banyak tempat prostitusi. Padahal, dulu ibu kota Jawa Timur itu dikenal sebagai Kota Pahlawan. ''Anggapan negatif tersebut harus diubah,'' terangnya.

Fenomena yang sama terjadi di lokalisasi lain. PSK yang dulu beroperasi di Dupak Bangunsari, Tambakasri, dan Klakahrejo mayoritas berasal dari luar kota ini. Begitu juga halnya dengan PSK di Dolly dan Jarak. ''Yang asli Surabaya hanya 10 persen,'' ungkap Dedy.

Setelah lokalisasi Sememi akhirnya ditutup, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Jatim untuk pemulangan PSK ke daerah asal. Dinsos Jatim bakal menghubungi kabupaten/kota untuk menjemput PSK yang berasal dari daerah tersebut.

Dedy menyatakan, masih ada penolakan dari PSK dan mucikari terkait dengan rencana penutupan lokalisasi Sememi. Meski begitu, dinsos bersikukuh dengan rencana penutupan pada bulan ini. ''Silakan saja, itu kan hak mereka untuk berpendapat. Namun, mereka melanggar perda. Jadi, sudah seharusnya lokalisasi itu ditutup,'' tegasnya.

Sementara itu, penutupan lokalisasi Sememi mendapat dukungan dari tokoh warga setempat. Salah satunya, Muhammad Jakfar Effendi. Pihaknya mendukung penuh langkah pemkot untuk menutup lokalisasi Sememi. ''Keberadaan lokalisasi Sememi merugikan warga setempat. Selama ini warga yang kena dampaknya,'' tutur mantan ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Benowo tersebut.

TEGALSARI - PSK yang beroperasi di lokalisasi Sememi mayoritas bukan warga Surabaya alias berasal dari daerah lain. Berdasar data Dinas Sosial (Dinsos)

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News