Mazhab M&Q

Oleh: Dahlan Iskan

Mazhab M&Q
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

1. Sentimen netizen terhadap "prahara" Golkar ini, terutama di platform X, cenderung negatif dan mencurigai Jokowi melakukan intervensi ke dalam Golkar. Netizen juga melihat ada upaya dari koalisi partai pemenang (KIM Plus) untuk ”menjegal” Anies Baswedan. Kesimpulan saya: di platform X suara yang anti-pemerintah dan ”pro-Anies” lebih dominan.

Saya tidak tahu bagaimana ”tone” di platform yang lain, misalnya FB, IG, atau Tiktok. Saya tidak terlalu memperhatikan percakapan di platform-platform tersebut.

2. Ada dua mazhab politik dalam melihat prahara Golkar saat ini secara khusus dan politik Indonesia secara umum. Saya ingin menamai dua mazhab ini dengan dua nama pengamat politik yang suaranya menonjol dalam beberapa tahun terakhir ini.

Pertama adalah Mazhab Saiful Mujani dan kedua Mazhab Muhammad Qodari.

Dua mazhab ini, menurut saya, sama-sama valid. Keduanya memperkaya cara kita melihat politik di negeri ini.

Tentu saja saya memiliki preferensi sendiri yang nanti akan menjadi jelas di ujung catatan ini.

3. Mazhab Saiful Mujani melihat dinamik politik Indonesia pasca Pemilu 2024 dalam dua kerangka. Keduanya sering dipakai oleh para Indonesianis dari Barat (terutama Amerika dan Australia) pada umumnya: yaitu (a) kerangka ”kemunduran demokrasi” (democratic backsliding/regression) dan (b) terjadinya kartelisasi dalam politik kita.

Inti Mazhab Saiful Mujani adalah: demokrasi Indonesia rusak atau dalam proses menuju rusak karena hilangnya kompetisi gara-gara kartelisasi.

BILA saja pengamatan politik itu bermazhab, masuk mazhab manakah saya? Konon ada mazhab Qodari dan Saiful Mujani seperti analisis Ulil Abshar Abdalla.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News