Mbak Eni asal Kediri Pidato di PBB, Tepuk Tangan Bergema

Yang terjadi, dia justru merasa disekap di tempat penampungan. Komunikasi dengan pihak luar, termasuk keluarganya, sangat dibatasi.
“Kami saat itu benar-benar pasrah, tidak berdaya, seperti dicuci otak. Hanya menerima perlakuan tidak manusiawi dari PJTKI,” kata sulung tiga bersaudara itu.
Derita hidup Eni berlanjut. Paspor yang akan dipakainya untuk bekerja ditahan agen penyalur tenaga kerja.
Bahkan, ketika Eni minta izin untuk pulang, agen malah memintanya membayar uang tebusan Rp 2 juta.
“Saat itu uang segitu sangat besar. Saya tidak mampu membayarnya,” katanya.
Setelah lima bulan tidur beralas kasur gulung tipis di tempat penampungan, Eni akhirnya diberangkatkan ke Hongkong.
Di sana, kehidupannya tidak terus membaik. Sebab, majikan Eni memperlakukannya dengan buruk. Gajinya sering dipotong.
“Saya hanya dibayar 50 persen dari upah seharusnya,” katanya.
ENI Lestari, warga Kediri yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Hongkong, menggemakan nama Indonesia di gedung PBB New York. Berikut
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu