Mbak Eni asal Kediri Pidato di PBB, Tepuk Tangan Bergema

Eni juga tidak boleh libur selama 4 bulan. Majikannya menerapkan banyak aturan yang diskriminatif.
Tidak boleh memakai mesin cuci, mengepel lantai harus memakai tangan, bahkan perkakas makan Eni harus dipisah dari milik majikan. Eni juga sering dipaksa memakan daging babi.
“Sudah saya jelaskan bahwa saya muslim, tidak makan babi. Tapi, majikan tidak mau memahami,” tuturnya.
Eni pun kemudian melapor ke agen penyalur, tapi dia selalu diminta untuk bersabar.
Akhirnya, dia merasa tidak kuat lagi. Setelah tujuh bulan bekerja, dia memutuskan untuk kabur dari rumah majikannya.
Eni kemudian ditampung di sebuah selter bernama Bethune House. Di sanalah dia bertemu banyak buruh migran yang senasib.
Eni lalu mulai belajar banyak hal, termasuk soal hak dan kewajibannya sebagai buruh migran.
Dia menyadari, perlindungan kepada para buruh migran sangat minim.
ENI Lestari, warga Kediri yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Hongkong, menggemakan nama Indonesia di gedung PBB New York. Berikut
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu