Medali Debat

Oleh: Dahlan Iskan

Medali Debat
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Tentu ketiganya sudah saling telepon beberapa hari sebelumnya, tetapi baru di arena kompetisi bisa baku dapa.

Remaja dari segala ras dunia ada di kompetisi itu: putih, hitam, kuning, cokelat, agak hitam, agak kuning, agak cokelat...

Tahun lalu si Ndet sudah ikut kompetisi di sini. Dia berhasil meraih medali emas. Beberapa bulan lalu dia juga meraih empat medali emas di lomba debat serupa tingkat Asia di Korea Selatan.

"Tetapi nilai akademik saya payah...," gurau si Ndet kepada kakeknya.

Orang tua dari negara mana pun terlihat sama. Membiarkan anak cucu mereka independen. Bergaul sesama remaja. Tidak ada anak di situ yang terlihat terus menggelayut di tangan ibu bapaknya.

Kami pun, para orang tua, ngrumpi sendiri. Termasuk ayah dan ibunya si Ndet yang saya pasti mengenalnya.

Dari ngrumpi itulah saya baru tahu bagaimana si wanita Congo pintar berbahasa Mandarin. Lebih lancar dari saya. Juga dibanding umumnya ibu-ibu Tionghoa Indonesia yang ikut ngrumpi di situ.

Nama wanita Congo itu: Jennifer Masika. Meski lahir di Kinsasa, Congo, kuliahnya di Guangzhou. Jurusan computer science.

Beberapa wanita Tionghoa terlihat agak heran. Saya lagi berbicara dalam bahasa mandarin dengan seorang wanita Afrika kulit hitam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News