Medali Debat

Oleh: Dahlan Iskan

Medali Debat
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Orang tua dari negara mana pun terlihat sama. Membiarkan anak cucu mereka independen. Bergaul sesama remaja. Tidak ada anak di situ yang terlihat terus menggelayut di tangan ibu bapaknya.

Kami pun, para orang tua, merumpi sendiri. Termasuk ayah dan ibunya si Ndet yang saya pasti mengenalnya.

Dari merumpi itulah saya baru tahu bagaimana si wanita Congo pintar berbahasa Mandarin. Lebih lancar dari saya. Juga dibanding umumnya ibu-ibu Tionghoa Indonesia yang ikut merumpi di situ.

Nama wanita Congo itu: Jennifer Masika. Meski lahir di Kinsasa, Congo, kuliahnya di Guangzhou. Jurusan computer science.

Di Guangzhou pula dia bertemu mahasiswa asal Tanzania. Muslim.

Mereka kawin. Tanpa saling ganggu keyakinan. "Putri saya itu muslim," katanya sambil menunjuk Adeline.

Waktu remaja, setamat SMP di Congo, Jennifer dibawa ayahnya ke Jakarta. Sang ayah pengusaha. Pedagang.

Di Jakarta sang ayah kulakan batik. Dijual di Afrika.

Beberapa wanita Tionghoa terlihat agak heran. Saya lagi berbicara dalam bahasa mandarin dengan seorang wanita Afrika kulit hitam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News