Media Sosial Bisa Hambat Operasi Polisi Hentikan Penyanderaan
Seorang pakar terorisme telah memperingatkan bahwa media sosial dapat mengganggu operasi keamanan di masa depan, seperti yang terjadi pada aksi penyanderaan di Martin Place, Sydney.
"Wajar jika kita penasaran untuk mencari tahu, tapi seseorang mengunggah status di Twitter dan mengatakan 'Saya baru saja melihat seorang pria dengan seragam SWOT memanjat tangga', pria bersenjata itu bisa membaca status tersebut dan merespon," terang Profesor Greg Barton.
Ia lantas mengutarakan, "Kita harus berhati-hati. Mungkin dalam hal ini, tak ada konsekuensinya, tetapi akan ada kasus lain di masa depan."
Pada puncak penyanderaan, Wakil Komisaris Polisi New South Wales, Catherine Burn, menegaskan bahwa media sosial telah menghambat kemampuan mereka untuk mengontrol informasi.
"Kami sedang memantau apa yang terjadi di Facebook secara jelas. Kami sedang memantau apa yang terjadi di Twitter dan itu berpengaruh terhadap respon taktis kami dalam menangani hal tersebut," jelasnya.
Tapi bukan hanya media dan masyarakat umum yang haus akan informasi, yang menggunakan media sosial.
"Dalam terorisme modern, kita lihat adanya fokus yang meningkat untuk mendapatkan publisitas dan media modern, khususnya media sosial," kata Profesor Barton.
Seorang pakar terorisme telah memperingatkan bahwa media sosial dapat mengganggu operasi keamanan di masa depan, seperti yang terjadi pada aksi penyanderaan
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Dunia Hari ini: Trump Bertemu Biden untuk Mempersiapkan Transisi Kekuasaan
- Dunia Hari Ini: Penerbangan dari Australia Dibatalkan Akibat Awan Panas Lewotobi
- Dunia Hari Ini: Tabrakan Beruntun Belasan Mobil di Tol Cipularang Menewaskan Satu Jiwa
- Korban Kecelakaan WHV di Australia Diketahui Sebagai Penopang Ekonomi Keluarga di Indonesia
- Trump Menang, Urusan Imigrasi jadi Kekhawatiran Warga Indonesia di Amerika Serikat