Media Sosial Bisa Hambat Operasi Polisi Hentikan Penyanderaan

Seorang pakar terorisme telah memperingatkan bahwa media sosial dapat mengganggu operasi keamanan di masa depan, seperti yang terjadi pada aksi penyanderaan di Martin Place, Sydney.
"Wajar jika kita penasaran untuk mencari tahu, tapi seseorang mengunggah status di Twitter dan mengatakan 'Saya baru saja melihat seorang pria dengan seragam SWOT memanjat tangga', pria bersenjata itu bisa membaca status tersebut dan merespon," terang Profesor Greg Barton.
Ia lantas mengutarakan, "Kita harus berhati-hati. Mungkin dalam hal ini, tak ada konsekuensinya, tetapi akan ada kasus lain di masa depan."
Pada puncak penyanderaan, Wakil Komisaris Polisi New South Wales, Catherine Burn, menegaskan bahwa media sosial telah menghambat kemampuan mereka untuk mengontrol informasi.
"Kami sedang memantau apa yang terjadi di Facebook secara jelas. Kami sedang memantau apa yang terjadi di Twitter dan itu berpengaruh terhadap respon taktis kami dalam menangani hal tersebut," jelasnya.
Tapi bukan hanya media dan masyarakat umum yang haus akan informasi, yang menggunakan media sosial.
"Dalam terorisme modern, kita lihat adanya fokus yang meningkat untuk mendapatkan publisitas dan media modern, khususnya media sosial," kata Profesor Barton.
Seorang pakar terorisme telah memperingatkan bahwa media sosial dapat mengganggu operasi keamanan di masa depan, seperti yang terjadi pada aksi penyanderaan
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia