Media Sosial Membuat Mereka Dijuluki Crazy Rich, Kini Banyak yang Berakhir di Penjara

Wishnu menambahkan kondisi ini diperparah oleh maraknya budaya "instan" sehingga media sosial menjadi tempat promosi yang efektif.
"Setiap orang yang sudah punya pikiran untuk memiliki sesuatu yang cepat sesuai interest-nya, tanpa perlu mengetahui latar belakang seseorang secara pasti," katanya.
Dengan semakin banyaknya bermunculan 'influencer' dengan 'follower' ribuan bahkan jutaan di sosial media yang gencar melakukan 'endorsement' produk, Wishnu berharap pemerintah bisa segera mengambil langkah.
"Terobosannya harus dengan regulasi internet. Bahkan di Eropa di mana literasi digital sudah tinggi, mereka memiliki undang-undang internet," jelas Wishnu.
Proses penyelidikan terhadap para selebritas yang mengumbar kekayaan di media sosial terkait dengan platform 'binary options' di Indonesia masih terus bergulir.
Finsensius Mendrofa, kuasa hukum dari kelompok yang merasa jadi korban, mengaku masih melakukan verifikasi ratusan laporan yang masuk, sambil mengawal laporan ke polisi.
"Harapan kami bukan saja agar uang milik para korban ini bisa dikembalikan melalui pembekuan dan penyitaan aset, tapi juga supaya polisi bisa mengusut sampai ke platform [Binomo dan Quotex] yang menurut kami melakukan penipuan."
ABC sudah berusaha menghubungi 'Binomo' dan 'Quotex' untuk memberikan komentar.
Sejumlah anak muda Indonesia muncul sebagai orang kaya di media sosial tanpa kejelasan asal-usul kekayaannya
- Kampanye Pemilu di Australia: Jarang Ada Spanduk, Lebih Menjual Kebijakan
- Indosat Sukses Jaga Stabilitas Jaringan saat Lonjakan Trafik Data 21% pada Lebaran 2025
- Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Australia Akhir Tahun Ini
- Dunia Hari Ini: Tiongkok Akan 'Melawan' Tarif yang Diberlakukan Trump
- Dunia Hari Ini: Serangan Israel Tewaskan 32 Warga Gaza dalam Semalam
- Dunia Hari Ini: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Diturunkan dari Jabatannya