Media yang Punah
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Mesin ini punya logika sendiri yang tidak selalu berkesesuaian dengan standar jurnalisme.
Idealnya media jangan sekadar menjadi buckrakers atau pengeruk uang, tetapi juga harus menjadi muckrakers, pembongkar penyelewengan.
Akan tetapi, kondisi persaingan yang menggorok leher membuat media tidak sempat lagi memikirkan kualitas, karena untuk menjaga supaya bertahan hidup saja media sudah sangat bergantung kepada platform digital.
Melalui platform digital ini media mengandalkan pendapatan jumlah pembaca dan mengandalkan perolehan iklan.
Media tidak sekadar menjadi buckrakers alias pengeruk uang. Media juga mesti memiliki idealisme sebagai pembongkar penyelewengan. Sebagai pilar keempat demokrasi, media harus menegakkan keadilan.
Joseph Pulitzer mengatakan bahwa ketakutan seseorang akan dibongkar oleh sebuah media massa, telah mencegah berbagai kejahatan koruptif dan tindakan amoral lainnya.
Penyelidikan independen oleh pers dilakukan dengan cara menginvestigasi kegiatan pejabat, korporasi, dan lembaga publik lainnya, sehingga media dapat memberi informasi kepada masyarakat demi transformasi sosial.
Genre ini disebut watchdog journalism yang sangat idealistis meskipun dalam praktiknya semakin sulit diterapkan.
Kehadiran media sosial akan menjadi ancaman paling serius. Media cetak sudah hampir pasti punah, dan nasib media digital pun ada di ujung tanduk.
- Berkat Ulasan Positif Influencer, Bingxue Jadi Trending Topik di X
- Komdigi Bersama KTP2JB Sosialisasikan Perpres Nomor 32 Tahun 2024 kepada Puluhan Media
- Minim Popularitas, Paslon 03 Hadapi Tantangan Menjelang Hari Pencoblosan
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Mas Ghif Ungkap Cara Kerja Propaganda yang Efektif di Era Digital
- Kacau, Kantor Media di Papua Dilempar Molotov, Komnas HAM Ambil Sikap Begini