Media yang Punah
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Di kutub lain, ada juga jurnalisme sampah, junk journalism, yang mengeksploitasi berita-berita murah tetapi sangat disukai oleh algoritma sehingga menghasilkan trafik yang tinggi.
Energi jurnalis lebih banyak dicurahkan untuk mencari dan menjaga trafik ketimbang lainnya. Seorang jurnalis senior dengan pahit berkata, kalau saja 1/10 energi yang dikeluarkan untuk mengintai kehidupan pribadi dimanfaatkan untuk memantau kekuasaan yang nyata, kita akan luar biasa menjadi lebih baik
Media sedang berada di persimpangan jalan. Era media cetak sudah mendekati ujungnya, sementara media digital masih berjuang mencari bentuknya. Banyak ramalan menyebutkan, media cetak akan musnah dan menjadi sejarah. Philip Meyer, penulis buku “The Vanishing Newspaper”, meramalkan koran terakhir terbit pada April 2040. Media cetak akan segera punah.
Penelitian AC Nielsen menyebutkan oplah media cetak turun sementara konsumsi media digital justru naik. Oplah koran turun 4 persen, majalah 24 persen, tabloid 12 persen.
Sementara, penonton televisi naik 2 persen dan pengakses internet naik 17 persen. Selanjutnya, dari sisi karakteristiknya, media cetak dinilai sudah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan masyarakat yang serba cepat. Distribusi media cetak terkendala faktor geografi, sementara internet meruntuhkan batas-batas tradisional itu.
Meyer mempernalkan ‘’the influence theory’’ atau teori pengaruh yang menyatakan bahwa koran adalah “berjualan pengaruh,” bukan berita atau informasi bisnis. Ia bergantung pada sebuah bisnis yang menghubungkan antara kualitas hasil jurnalistik yang akan meningkatkan meningkatkan pengaruh sosial, yang pada gilirannya mengatur sirkulasi dan profitabilitas.
Ada ilustrasi yang diceritakan Meyer mengenai kelompok media Knight Ridder yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat.
Pada 1986, kelompok media ini memenangkan 7 penghargaan Pulitzer yang menjadi simbol puncak prestasi junalistik Amerika. Dengan menyabet 7 kemenangan itu Knight Ridder melonjak reputasinya sebagai media yang berkualitas.
Kehadiran media sosial akan menjadi ancaman paling serius. Media cetak sudah hampir pasti punah, dan nasib media digital pun ada di ujung tanduk.
- Berkat Ulasan Positif Influencer, Bingxue Jadi Trending Topik di X
- Komdigi Bersama KTP2JB Sosialisasikan Perpres Nomor 32 Tahun 2024 kepada Puluhan Media
- Minim Popularitas, Paslon 03 Hadapi Tantangan Menjelang Hari Pencoblosan
- Inilah Sejumlah Kekhawatiran Para Ibu Asal Indonesia Soal Penggunaan Media Sosial di Australia
- Mas Ghif Ungkap Cara Kerja Propaganda yang Efektif di Era Digital
- Kacau, Kantor Media di Papua Dilempar Molotov, Komnas HAM Ambil Sikap Begini