Mega for President
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Karena tidak kunjung dicapai keseimbangan akhirnya roti habis dimakan sang monyet.
Memilih Mega sebagai calon presiden, mungkin, bisa menjadi solusi bagi dilema yang dihadapi oleh PDIP.
Persoalan persaingan Puan vs Ganjar akan selesai--dan tidak akan ada pihak yang berani menentang--setidaknya secara terbuka.
Akan tetapi, di sisi lain, keputusan pencalonan Mega bisa dianggap sebagai indikasi ‘’political desperation’’ atau keputusasaan politik.
Mega sudah punya pengalaman menjadi presiden menggantikan Gus Dur pada 2002.
Mega tercatat sebagai perempuan pertama yang menjadi presiden di Indonesia.
Hal ini sering disebut sebagai indikator kemajuan demokrasi di Indonesia.
Di negara yang demokrasinya sudah matang, seperti Amerika Serikat, sampai sekarang belum pernah mempunyai presiden perempuan.
Memilih Mega sebagai calon presiden adalah hak preogratif yang tiketnya dikantongi sendiri oleh Megawati.
- Hasto Bakal Kirim Buku Pak Sabam Biar Ara Sirait Melakukan Perenungan
- Prabowo Seorang Kesatria, Harus Tegas Hadapi Cawe-Cawe Jokowi di Pilkada
- Tuduh Ara Bermain SARA di Pilkada Jakarta, PDIP Bakal Tempuh Langkah Hukum
- Pilwalkot Semarang 2024: Restu & Doa Jokowi untuk Yoyok-Joss
- Lihat Senyum Jokowi saat Kampanye Luthfi-Yasin di Simpang Lima Semarang
- Pramono Dinilai Sengaja Tak Umbar Dukungan PDIP di Alat Peraga Demi Raup Massa Anies