Mega Mengelus Dada

Waktu masih sekolah di SD, ibu-ibu itu pernah diajari peribahasa "ayam mati kelaparan di lumbung padi". Sekarang ibu-ibu itu tahu dan merasakan arti ungkapan itu.
Mega tidak perlu mengajari rakyat untuk hidup prihatin, karena setiap hari rakyat sudah hidup prihatin. Rakyat Indonesia sudah sangat tangguh dalam menghadapi segala macam penderitaan.
Harga-harga naik, tetapi rakyat sudah biasa menghadapinya dengan tabah dan prihatin. Jadi, tidak perlu lagi ada yang mengajari rakyat untuk prihatin.
Mega seharusnya mengelus dada karena Jokowi tidak hadir dalam krisis kelangkaan minyak goreng ini. Alih-alih mengurusi minyak goreng, Jokowi malah sibuk berkemah serta mengumpulkan air dan tanah keramat dari mana-mana.
Seharusnya Jokowi sesekali menginap di rumah rakyat supaya tahu bagaimana kesulitan masyarakat menghadapi krisis ini. Dahulu Jokowi sering mengatakan negara harus hadir di tengah rakyat.
Akan tetapi, sekarang ketika rakyat membutuhkan kehadiran negara ternyata negara malah absen dan menghilang. Anak-anak milenial menyebut fenomena ini sebagai ghosting, menghilang tanpa pesan.
Dahulu Jokowi sering mengutip frasa revolusi mental. Sekarang frasa itu tidak pernah lagi disebut-sebut. Revolusi mental sudah terpental.
Jokowi pernah menyerukan TNI-Polri supaya menjaga disiplin. Sekarang Jokowi tahu rakyat sudah sangat disiplin, terutama ketika antre minyak goreng.
Megawati mengaku mengelus dada melihat ibu-ibu mengantre minyak goreng. Namun, dia tidak mengelus dada melihat pemerintahan Jokowi gagal mentagasi kelangkaan.
- PSI Adopsi Ide Partai Super Tbk Jokowi, Ini Kata Pakar soal Dampaknya
- Bareskrim Bakal Tindak Tegas Pelaku yang Kurangi Takaran Minya Goreng
- Pemuda Muhammadiyah Dorong DPR dan Aparat Penegak Hukum Mengusut Dugaan Kecurangan Takaran MinyaKita
- Tim Gabungan Temukan MinyaKita tak Sesuai Takaran di Mamuju
- APP Group dan Sinar Mas Ramaikan Bazar Ramadan Kementerian Kehutanan
- Siap Bergabung, Bara JP Nilai Partai Super Tbk ala Jokowi Punya Potensi Besar