Mega
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Mega kecewa karena Jokowi dianggap tidak langsung memegang komando penanganan pandemi, dan menyerahkannya kepada Luhut Panjaitan dan Airlangga Hartarto.
Mega galau karena kalau sampai penanganan pandemi gagal maka pemerintah Jokowi pun dianggap gagal. Hal ini dikhawatirkan akan memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap PDIP pada kontestasi politik 2024.
Peran Luhut Panjaitan dan Airlangga Hartarto yang sentral dalam penanganan pandemi juga dianggap merugikan PDIP, karena keduanya bukan kader PDIP.
Posisi-posisi sentral dalam penanganan pandemi tidak ada yang dipegang oleh kader PDIP. Hanya posisi menteri sosial yang dikuasai oleh PDIP, itu pun perannya bukan peran sentral.
Kinerja Mensos Tri Rismaharini sebagai kader PDIP dalam penanganan pandemi tidak terlalu menonjol, malah bisa disebut medioker kalau tidak jeblok.
Kasus bansos yang disunat dan kasus beras berkutu dan menjadi batu, dianggap sebagai bagian dari kinerja Mensos Risma yang tidak maksimal.
Selain itu, kasus dugaan korupsi yang melibatkan predesesor Risma, Juliari Batubara, mencoreng muka PDIP.
Keterlibatan beberapa kader PDIP dalam jaringan korupsi bansos menambah buruk muka PDIP. Kecurigaan adanya penghapusan nama kader PDIP dari daftar tersangka kasus korupsi bansos, makin membuat citra PDIP terpuruk.
Kilometer 2024 memang masih cukup jauh. Namun, Mega sudah harus berancang-ancang mulai sekarang sebelum terlambat.
- Pramono Dinilai Samarkan Dukungan PDIP dan Megawati karena Faktor Ahok
- Survei Polling Institute: PDI-P Berpotensi Keok di Jabar XI
- DPR Dukung Penuh Menko Polkam Lindungi Pelajar dari Judi Online
- Calon PDIP Kalah di SMS, Yoshua: Efek Maruarar Sirait Pindah ke Gerindra
- Agung Sebut Pilkada Jateng Jadi Ajang Pertarungan Efek Jokowi vs Megawati
- Debat Pamungkas, Andika Singgung 3,37 Juta Rakyat Miskin di Jateng