Megawati Harap AI Tidak Menjadi Alat yang Mengancam Peradaban
jpnn.com, JAKARTA - Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri menyebut dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat ketegangan geopolitik seperti perang dagang, perebutan sumber daya strategis, hingga persaingan teknologi.
Megawati menyebutkan belakangan muncul kekhawatiran terhadap penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) bisa mengancam peradaban ketika digunakan dalam ketegangan politik.
"Dalam perang hegemoni tersebut, banyak yang mengkhawatirkan penggunaan artificial intelligence untuk keperluan perang yang mengancam peradaban,” ujar Megawati dalam pidatonya di hadapan rektor universitas se-Rusia, di St.Petersburg University (SPBU) dalam keterangan yang diterima, Rabu (18/9).
Para rektor hadir di acara Forum Kemitraan yang dilaksanakan SPBU dalam memperingati 300 tahun usia salah satu kampus terbaik di Rusia itu.
Megawati kemudian diundang sebagai pembicara kunci berjudul Artificial Intelligence, Kemanusiaan dan Konflik Peradaban.
Putri Proklamator RI Soekarno atau Bung itu menyadari saat ini teknologi memang berkembang pesat, termasuk soal AI.
Megawati mengatakan perkembangan AI menawarkan peningkatan produktivitas, efisiensi, daya saing, pengurangan human error, dan menghasilkan akurasi tinggi di dalam menyelesaikan berbagai persoalan.
Dia menyatakan pesatnya perkembangan AI sampai ada yang membayangkan bahwa daya cipta ranah Tuhan dipindahkan ke ranah manusia melalui AI.
Megawati Soekarnoputri menyebut penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) jangan dipakai sebagai alat pengancam peradaban.
- 5 Langkah Utama untuk Capai Emisi Net Zero di Sektor Tenaga Listrik
- ASABRI Gandeng FHCI Perkuat Kapasitas Human Capital Lewat Teknologi
- Menkomdigi Ajak Seluruh Elemen Bangsa Promosikan Bhinneka Tunggal Ika ke Dunia
- Ulas Putusan MK, Megawati Bicara Sanksi Pidana Bagi ASN & Anggota TNI/Polri yang Tak Netral
- Makin Mudah Bangun Loyalitas Pelanggan dengan OCA
- Megawati Dengar Ada Institusi Negara Tak Netral Pas Pilkada, Sampai Pakai Intimidasi