Megawati - Jokowi, Ada Api di Dalam Sekam?

Oleh: Asep Lukman

Megawati - Jokowi, Ada Api di Dalam Sekam?
Pemerhati sosial politik Asep Lukman. Foto: source for JPNN

Kedua, Bu Megawati seolah tidak suka jika Jokowi terlalu banyak melakukan hubungan politik intim dengan Luhut Binsar Panjaitan.

Umum diketahui publik bahwa terbentuknya koalisi Indonesia bersatu atau KIB atas inisiasi Luhut, dengan isu utama Jokowi tiga periode, dan atau perpanjangan masa jabatan presiden Jokowi. Dan itu berakhir kandas karena ditolak rakyat yang mendapat dukungan dari PDIP. Hingga usulan KIB besutan Luhut ini gagal total.

Namun, diambang bubarnya KIB, Luhut masih berupaya melakukan manuver lain yang dinisiasi Golkar, yaitu menggadang-gadang Ganjar Pranowo sebagai capres dan Airlangga sebagai cawapresnya.

Namun, tiba-tiba secara mendadak PDIP mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai capres tanpa melibatkan siapa pun, termasuk konon tidak memberitahu Jokowi.

Melalui pencapresan Ganjar Pranowo yang sangat mendadak, menunjukkan sikap Megawati yang tidak mau diintervensi Jokowi atau KIB karena di dalamnya pasti selalu ada tangan Luhut.

Ketiga, Megawati terlihat terganggu secara psikologi oleh berbagai ulah sukarelawan Jokowi. Dia merasa sebagai partai besar dan partai pemenang pemilu tidak boleh didikte oleh sikap-sikap over acting para sukarelawan yang cenderung offside.

Sekalipun pasti ada kerja dari sukarelawan, tetapi sukarelawan tidak bisa disejajarkan dengan partai politik apalagi diposisikan melampaui partainya.

Menilik beberapa kejadian mulai dari pengangkatan kabinet semisal diangkatnya Erick Thohir, Nadiem Makarim, Budie Arie Setiadi, staf milenial presiden, ratusan komisaris dan sebagainya, adalah bukti adanya penyejajaran status sukarelawan dengan partai.

Kecemburuan itu dapat ditilik setidaknya dari empat peristiwa politik di depan mata publik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News