Megawati-Sultan Cuma Pemimpin Simbolik

Kemampuan Memimpin Pemerintah dan Negara Masih Diragukan

Megawati-Sultan Cuma Pemimpin Simbolik
Megawati-Sultan Cuma Pemimpin Simbolik
Menyikapi prilaku Sultan yang terkesan plin-plan, ingin jadi presiden tapi tidak menolak pada posisi wakil presiden, Bima dapat memahami itu. Sultan berada pada situasi yang dilematis saat ini, karena dirinya menyadari kondisi yang nampaknya tidak memungkinkannya menjadi presiden karena belum ada partai besar yang mau mengusungnya.

“Sebenarnya, dalam rencana A Sultan ingin jadi presiden. Secara bersamaan, dirinya pun sadar bahwa hal itu nampaknya sulit diraih. Akhirnya harus mengambil plan B dimana dirinya harus mau mempertimbangkan pinangan PDIP sebagai cawapres Megawati,” ujar Bima.

Selain belum tegasnya Sultan secara pribadi menerima pinangan Megawati, dalam dirinya sekaligus juga kental akan mentalitas raja yang harus dipegangnya. “Dia harus memegang teguh mentalitas raja yang harus berjuang habis-habisan. Jika dirinya saat ini langsung mau menerima pinangan Megawati maka itu menunjukkan Sultan tidak memiliki mentalitas raja. Sultan akan dicap sebagai raja yang kalah sebelum berperang. Raja tidak boleh kalah sebelum berperang,” imbuhnya.

Sebelumnya Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Boni Hargens ketika ditanyakan wartawan mengapa Megawati memilih Sultan padahal Sultan tidak memiliki track record yang bisa dibanggakan sebagai pemimpin daerah yang berhasil menjawab bahwa nampaknya Megawati memili Sultan memang karena alasan bahwa Sultan dapat dengan mudah meraih simpati masyarakat Yogyakarta.

JAKARTA - Pengamat Politik dari Universitas Paramadhina, Bima Ariya Sugiharto mengatakan pasangan Megawati Soekarnoputri-Sri Sultan Hamangku Buwono

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News