Meiditomo Sutyarjoko, 25 Tahun Kerjakan 21 Proyek Satelit

Pimpin Ratusan Teknisi, Garap Satelit Kapal Perang AS

Meiditomo Sutyarjoko, 25 Tahun Kerjakan 21 Proyek Satelit
PAKAR SATELIT: Meiditomo di depan replika-replika satelit karyanya. Dia ter - masuk ahli satelit yang langka di Indonesia. (Ahmad Baidhowi/Jawa Pos)

’’Jadi, kami belajar mulai A sampai Z, mulai merancang satelit hingga memasang sekrup-sekrupnya (mur-baut, Red),’’ katanya.

Mulai 1989 hingga 1995 karir Meiditomo menanjak hingga menjadi senior satellite systems engineer dan terlibat dalam 13 proyek satelit. Bahkan, dia pernah menjadi lead satellite systems engineer yang memimpin ratusan teknisi dalam proyek pengerjaan satelit. Salah satu satelit hasil karyanya adalah UHF Follow On yang merupakan satelit pesanan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy).

’’Satelit itu bisa dipakai untuk komunikasi kapal-kapal perang Amerika, termasuk jika presiden Amerika ingin berkomunikasi dengan komandan kapal induknya,’’ ujar dia.

Pada 1996 Meiditomo kembali ke Indonesia. Dia dipercaya sebagai deputy vice president divisi antariksa di IPTN. Namun, krisis moneter mengandaskan impiannya untuk membangun industri satelit di IPTN. Bahkan, Divisi Antariksa IPTN pun dibubarkan.

Sejak itu Meiditomo masuk perusahaan-perusahaan swasta. Mulai PT Asia Cellular Satellite Indonesia (ACeS), Inmarsat Indonesia, S2M Group di Dubai (Uni Emirat Arab), sampai Pensa Group dan mulai Juni 2013 hingga kini menjadi presiden direktur di PT Sarana Mukti Adijaya, anak usaha Asia Broadcast Satellite Hongkong di Indonesia. ’’Sepanjang 25 tahun berkarir di industri ini, saya sudah terlibat dalam 21 proyek satelit,’’ ujarnya.

Kini satu lagi jabatan yang disandang Meiditomo, yakni lead consultant atau pimpinan konsultan untuk proyek BRIsat, satelit milik Bank Rakyat Indonesia (BRI). Menurut dia, itu merupakan proyek strategis yang tidak hanya penting bagi bisnis BRI, tapi juga bagi Indonesia.

’’Secara pribadi, bisnis BRI yang menyalurkan kredit ke sektor usaha mikro juga cocok dengan idealisme saya. Itu salah satu faktor yang membuat saya bersedia bergabung dalam tim ini,’’ katanya.

Meiditomo mengatakan, Indonesia kini memang tertinggal cukup jauh bila dibandingkan dengan negara-negara lain di bidang satelit. Padahal, posisi Indonesia yang berada di garis katulistiwa atau ekuator sangat strategis. Sebab, seluruh satelit di angkasa harus diletakkan di garis katulistiwa pada ketinggian 36.000 kilometer atau pada geostationary satellite.

Tidak banyak pakar satelit di Indonesia. Jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Di antara sedikit orang itu, Meiditomo Sutyarjoko merupakan sosok yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News