Melayat Drive-Through

Oleh Dahlan Iskan

Melayat Drive-Through
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

"Yang muda harus menghormati yang lebih tua," ujar Helen. "Maka kakak kami tidak boleh angkat koper. Kami yang angkat kopernyi," ujar Helen.

Helen bangga pada kiat kakaknyi itu. Sampai sekarang keluarga ini rukun. Bersatu dalam membesarkan pabrik.

Helen punya usul ke sang kakak. Naik kelas ekonomi saja. Kan orangnya banyak.

Sang kakak menolak: harus naik kelas bisnis. Nilai kerukunan itu, katanya, lebih mahal daripada kalau bertengkar.

Namun almarhum sendiri tampil sangat sederhana. Ia adalah direktur utama di perusahaan itu, tetapi penampilannya seperti orang miskin.

Ia lebih sering pakai sandal jepit. Bajunya tidak ada yang bermerek.

Suatu saat almarhum ke Singapura. Rapat.

Malamnya ia ingin makan enak: minta steik daging Kobe. Mereka pun ke Marina Bay Sand. Gedung megah yang baru di pinggir laut itu. Pusat perjudian Singapura itu.

Almarhum punya kiat untuk menjaga kerukunan keluarga. Semua keluarga dibiayai untuk tur ke luar negeri, harus bersama-sama, tetapi hanya keluarga yang wanita.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News