Melesat Kencang Secepat Kereta Shinkansen

Melesat Kencang Secepat Kereta Shinkansen
Foto: Don Kardono

Soal penghematan energi, pengurangan BBM bersubsidi yang terkatung-katung itu, lanjut Hatta, juga disayangkan. “Coba kalau skema penghematan itu bisa dijalankan sesuai perencanaan? Lalu, sebagian diplot untuk melanjutkan connectivity dengan membangun infrastruktur? Wow, luar biasa percepatan dan pergerakan ekonomi kita?” kata Hatta, sambil mengibaratkan jika mengendarai mobil, sudah seperti naik Ferrari. Tinggal tancap gas saja.

Tahun pertama, sisihkan Rp 60 triliun, untuk membangun Trans Sumatera dari Aceh sampai Lampung. Tidak harus jalan tol, tetapi jalan dengan kualitas highway. Tahun kedua, bangun Trans Kalimantan dan Trans Sulawesi, dengan Rp 100 Triliun. Tahun ketiga, membangun Trans Papua Rp 100 Triliun. Tahun keempat, baru Jawa Selatan dengan nilai Rp 100 Triliun juga.

“Baru, swasta kita beri kesempatan untuk membangun jalur Pantura atau Jawa Utara di tepian pantai dengan investasi Rp 200 Triliun. Diuruk dulu, dibuat waterfront city, dibuat kota baru, di atasnya dibangun tol. Itu akan menjadi pengungkit lompatan ekonomi yang luar biasa tajam,” idenya.

Bagaimana dengan pembebasan lahan? Itu problem yang saat ini lebih krusial dibandingkan soal ketenagakerjaan? “Tidak perlu pembebasan? Itu kan berada di pantai, cukup diuruk, tidak mengambil tanah milik orang lain?” jawab Hatta. Bagaimana dengan izin pemerintah daerah, yang kadang juga menjadi persoalan tersendiri? “Kalau dibangun bagus, pasti tidak ada alasan untuk tidak setuju? Karena daerahnya juga akan terangkat naik. Mana ada pimpinan daerah yang tidak mau daerahnya maju pesat?” lagi-lagi jawab Hatta berapi-api.

Soal prosedur administratif dalam pembangunan infrastruktur, lanjut Hatta, juga harus ada langkah akseleratif. “Saatnya Perpres No 54 itu dirombak. Diganti dengan Keppres yang bisa menunjuk langsung. Kalau melalui proses tender, pasti lama lagi, berpotensi banyak permainan, ada yang membuat penawaran di bawah harga, tidak akan mundur kalau tidak diberi fee, sengketa tender, dan persoalan pelik lain. Itu yang sering menyandera skedul projek dan bikin frustasi,” kata Hatta.

Kembali pada pertanyaan “kapan” dimulai gelombang ketiga investasi Negeri Matahari itu landing ke Indonesia? Jawabnya, Ayo percepat landasan untuk mendaratkan pesawat yang bernama “the third wave investment” itu! (dk/bersambung).

Kapan the third wave investment, dengan total projek senilai Rp 410 triliun dari Jepang itu landing dan menjadi motor penggerak Koridor II? Kapan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News