Melihat Dinasti Politik Malaysia Berebut Kekuatan
Dikritik karena Potensi Suburkan Budaya Korupsi
Rabu, 05 November 2008 – 09:28 WIB
''(Tampaknya) ada sebuah keyakinan di Asia bahwa kekuasaan politik bisa diwariskan ke generasi berikutnya mengikuti garis keturunan,'' ujar James Chin, profesor ilmu politik di Monash University, Malaysia.
Baca Juga:
''Tradisi'' tersebut menuai kritik pedas dari para kritikus. Menurut mereka, hal itu sangat potensial menyebabkan tumbuhnya budaya korupsi. Bahkan, bukan mustahil bisa menghambat pembangunan bangsa dan pemerintahan yang bagus.
''Bila rakyat Malaysia ataupun orang-orang asing ingin (Wakil PM) Najib (Razak) mengikuti jejak ayahnya sebagai PM, mereka akan sangat kecewa,'' kata Abdullah Ahmad, seorang penulis buku-buku politik dan mantan asisten ayah Najib.
Sejak digadang-gadang Badawi untuk meneruskan tampuk kepemimpinan negeri jiran itu, Najib memang menyatakan kesiapannya menerima estafet kursi PM. Tapi, tetap saja ada banyak tantangan yang telah menanti. Salah satu yang cukup berarti adalah menguatnya kelompok oposisi di parlemen yang dimotori mantan Wakil PM Anwar Ibrahim.
Kancah politik di banyak negara, terutama di kawasan Asia, kental dengan hadirnya dinasti politik. Sebut saja keluarga Bhutto di Pakistan, Gandhi
BERITA TERKAIT
- Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta Ikut Nobar Laga Indonesia vs Jepang
- KBRI Dili Gelar Nobar Laga Timnas Indonesia vs Jepang
- Amerika Parkir Rudal Typhon di Filipina, Bikin China Ketar-ketir
- Kang TB Sodorkan 4 Catatan Kritis soal Joint Statement Maritime RI-Tiongkok
- Temui Para Taipan Tiongkok, Prabowo Amankan Investasi Rp 156 Triliun
- Ditunjuk Jadi Wakil Ketua Delegasi, Raja Juli Mendampingi Hashim ke Forum COP29