Melihat Kehidupan Warga di Pulau Sebatik Saat Indonesia-Malaysia Tegang karena Ambalat
Masih Tergantung Tawau, Tidak Mungkin Perang
Jumat, 12 Juni 2009 – 06:23 WIB
Soal Ambalat, kata pria berpangkat kapten itu, adalah urusan kerajaan. "Pasal itu urusan orang atas dan yang boleh kasi selesai, melalui Mahkamah Internasional," katanya sambil menyuguhkan kopi kepada Radar Tarakan. Radar Tarakan lantas membalasnya dengan memberikan rokok.
"Kopi Indon (sebutan untuk Indonesia) berbeda rasa dengan Nescafe. Kopi Indonesia kurang enak, tapi rokok boleh tahan (enak, Red)," tutur pria 26 tahun ini seraya tertawa.
Dia mengakui, sejak hubungan Indonesia dengan Malaysia memanas, dia dan kawan-kawannya tak bisa lagi bercengkerama dengan kawan-kawannya yang ada di Indonesia. "Sejak Ambalat memanas akhir-akhir ini, kami takut lagi pergi ke Indon untuk main bola takraw. Rindu jualah. Padahal, kita negara serumpun. Kenapa harus nak begaduh," kata Hafis dengan logat Melayu.
Lulusan Akademi Polis Diraja Malaysia itu menambahkan, sejak konflik Ambalat mencuat lagi, memang ada peningkatan pengamanan. "Di Sebatik Tawau, kerajaan membolehkan polis menjaganya, sedangkan di luar pulau itu tentara. Sekarang ini ada satu kompi di kawasan Begusung," beber Hafis.
Memanasnya kembali hubungan Indonesia dengan Malaysia lantaran persoalan Ambalat tidak terlalu berpengaruh pada warga yang hidup di kawasan perbatasan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408