Melihat Syuting FTV di Tengah Meningkatnya Aktivitas Bromo

Kru dan Pemain Malah Menikmati Semburan Abu

Melihat Syuting FTV di Tengah Meningkatnya Aktivitas Bromo
Melihat Syuting FTV di Tengah Meningkatnya Aktivitas Bromo

Winaldha E. Melalatoa, sang sutradara, mengatakan, meskipun tidak terlalu mengkhawatirkan bagi krunya, kondisi Bromo yang kini "batuk" itu tetap mengganggu proses syuting. Salah satu gangguan yang dirasa, Winaldha tidak bisa bebas menentukan lokasi-lokasi pengambilan gambar. "Radius yang dinyatakan berbahaya kan 3 kilometer (km) dari kawah. Jadi, kalau harus ambil take di sekitar lautan pasir, ya tidak memungkinkan," papar dia.

Karena itu, Studio X terpaksa mengubah skenario lantaran pengambilan gambar di beberapa daerah tidak memungkinkan. Winaldha mengatakan, ada beberapa cerita dan adegan yang diubah. Salah satunya adalah adegan sang lakon berada di lautan pasir. Akhirnya, adegan itu diganti dengan pengambilan gambar di sekitar lahan pertanian warga dan peternakan sapi.

"Kami akhirnya bekerja lagi dengan tim penulis untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lokasi saat ini," ungkap sutradara yang menggarap film Drop Out (DO) tersebut. Dia selama ini memang terbiasa berada di sekitar Gunung Bromo. Dia menyatakan sudah menggarap sekitar 15 judul FTV yang mengambil setting di Bromo. "Saya dan kawan-kawan di sini sejak 2,5 bulan lalu," lanjut dia.

Selama proses syuting di Bromo, DSX Production membawa lebih dari 40 kru. Mereka tinggal di sebuah wisma di daerah Cemoro Lawang. Bekerja 2,5 bulan di Bromo membawa banyak cerita bagi tiap-tiap kru. Sendy Widodo, misalnya. Asisten sutradara itu mengatakan betah di Bromo meskipun keluarganya yang ditinggal di Jakarta kerap cemas.

Meningkatnya aktivitas vulkanis Gunung Bromo ternyata tidak membuat sejumlah masyarakat waswas. Bahkan, DSX Production (Studio X), sebuah rumah produksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News