Memaknai Jihad yang Benar Selama Ramadan
jpnn.com, JAKARTA - Selama bulan Ramadan ini, kondisi sosial masyarakat di Indonesia relatif adem. Situasi ini tidak lepas dari sikap elite politik di Indonesia yang bisa menahan diri.
Alhasil, tidak terjadi percikan-percikan intoleransi yang sebelumnya tercipta nyaris tiap.
Karena itu, kondisi ini harus dipertahankan setelah Ramadan berakhir.
Bahkan, kalau bisa ditingkatkan, terutama dalam menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan agama.
Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk mengatakan, untuk mewujudkan itu, elite politik harus bisa meningkatkan komitmennya menjunjung nilai-nilai Pancasila serta persatuan dan kesatuan Indonesia.
"Hanya itu yang bisa menjaga keberagaman suku dan agama di Indonesia. Masyarakat kita tergolong masyarakat yang patrimonial itu yang tergantung pada patrolnya. Semakin banyak tokoh masyarakat yang mengirim pesan perdamaian akan berdampak pada masyarakat di bawah," ungkap Hamdi di Jakarta, Kamis (15/6).
Dia memaparkan, saat ini Timur Tengah dilanda perang saudara yang dipicu etnis dan agama, penyesatan dari paham-paham transnasional yang tidak mendasar seperti ingin membuat negara khilafah islamiyah.
Itu jelas menjadi ancaman bagi Indonesia yang selama ini sangat menjunjung tinggi perbedaan dan toleransi antarumat beragama.
Selama bulan Ramadan ini, kondisi sosial masyarakat di Indonesia relatif adem. Situasi ini tidak lepas dari sikap elite politik di Indonesia yang
- Waspadai Ajakan Jihad ke Suriah, Jangan Terjebak
- Pimpinan MPR Eddy Soeparno Raih Gelar Doktor Ilmu Politik dengan Predikat Cum Laude
- Sidang Doktoral di UI Soal Transformasi Partai, Eddy Soeparno Dapat Nilai Cumlaude
- Tonjolkan Inovasi Digital Twin, Molca Dinobatkan jadi Pemenang Hackathon 2024
- Kandidat Ketum ILUNI FHUI Ini Siapkan Proker Konsultasi Hukum Gratis
- Mengapa Saat Hujan Gerimis Perasaan Seseorang jadi Melankolis? Begini Penjelasan Psikolog