Membaca Mesir, Melirik Cina
Sabtu, 05 Februari 2011 – 00:50 WIB
Berbagai tokoh agama telah berseru tentang Indonesia yang bersih dan damai. Pemerintah telah bertikhtiar tetapi masih banyak bengkalai. Harga bahan pokok naik, juga BBM walau cabai sedikit mereda. Tapi inflasi menghadang, apalagi krisis pangan akibat anomaly musim masih menghantui.
Barangkali tak ada salahnya jika Indonesia melirik Cina yang unik dalam hal ideology politik versus perekonomian. Bayangkan, jika negara komunis itu berani menerapkan kapitalisme dan ekonomi pasar yang ditabukan oleh Marxisme. Investor asing “well come”, bahkan mencapai US$ 100 miliar pada 2010, yang tak ada bandingannya di dunia dewasa ini.
Produk Cina di seluruh dunia rata-rata 30% hingga 50% lebih rendah dari harga barang negara mana pun. Upah di Cina kompetitif berpadu dengan penggunaan teknologi tinggi sehingga cost produksi menjadi rendah.
Tak heran jika banyak industri di banyak negara kolaps. Sejumlah perusahaan Amerika Serikat terpaksa merumahkan 2,7 juta buruhnya 10 tahun terakhir. Defisit neraca perdagangan Amerika terhadap Cina terus menanjak dari waktu ke waktu.