Membaca Mesir, Melirik Cina

Membaca Mesir, Melirik Cina
Membaca Mesir, Melirik Cina
Tidak mustahil Indonesia mengikuti jejak Cina dan India sebagai pusat ekonomi dunia. Kapitalisme yang individual sudah terkena “tsunami” di mana-mana, jadi harus berpadu dengan sosialisme, kepentingan masyarakat. Ini yang selama ini “salah kaprah” di Indonesia.

Saya merasa proses demokratisasi politik di Indonesia rada overdosis dibanding kemandegan di bidang ekonomi. Panggung politik penuh intrik dan tikai yang menyedot waktu dan energy, hatta program ekonomi dan penegakan hukum agak tersendat.    

Terjadi pula “sandera menyandera” antarelit dan partai politik yang sangat mahal jika dikonversi ke rupiah. Tahun-tahun berlalu sia-sia tapi pertumbuhan ekonomi bagai jalan di tempat.

Saya pikir tiba masanya moratorium pertikaian politik. Tiba saatnya berbicara dan beraksi di bidang ekonomi.  Jika tidak segera banting setir, saya gamang Indonesia terjerumus ke kancah konflik politik, yang bermula pula di Mesir. (**)

KAIRO dalam tayangan televisi masa kini mirip dengan suasana Jakarta 1998. Puluhan ribu demonstran di Tahrir Square menjerit-jerit menggugat rezim

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News