Membaca Prabowo, Membaca Peluang
Jumat, 06 Maret 2009 – 14:36 WIB
Serdadu ini tak kapok. Ia mulai mengukir sejarah baru dengan menjadi ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menggantikan Siswono Yudohusodo pada 2004. Juga menjadi ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) pada 2008. Tak lama kemudian, lahirlah Gerindra.
Biasalah, seorang pebinis selalu mengalami “jatuh bangun.” Sebagai pemilik (baru) perusahaan pulp and paper Kiani Kertas, sempat terbebani kewajiban pembayaran utang senilai US$37 juta ke Bank Mandiri. Tapi kemudian, Bank Mandiri pada 21 Januari 2007 lalu mengumumkan status utang Kiani tidak lagi merah. Bahkan, Kiani Kertas sudah dikategorikan ke dalam performing loan.
Ada bisik-bisik bahwa utang itu justru berasal dari Hashim Djojohadikusumo, adik kandung Prabowo, pengusaha pemilik Grup Tirtamas. Entah benar entah tidak, tapi dalam keluarga wajar saja jika uang bisa mengalir dari kantong kiri ke kantong kanan.
Lepas dari kisah itu, Amran bercerita sudah bertahun-tahun Prabowo menerbitkan media untuk petani yang terbit sekali sebulan dan beredar di seluruh Indonesia. “Oplahnya, 300 ribu saban terbit dan dikirimkan kepada petani secara gratis,” kata Amran.