Membaca Prabowo, Membaca Peluang

Membaca Prabowo, Membaca Peluang
Membaca Prabowo, Membaca Peluang

Terbukti meletuslah Tragedi Mei 1998. Mulai dari tewasnya empat mahasiswa Trisakti, huru-hara masif di kota-kota Indonesia, penjarahan toko-toko dan plasa, korban jiwa dan berakhir dengan lengsernya Soeharto.

Sebelumnya, Soeharto atas anjuran penasihat ekonominya meminta IMF sebagai dewa penolong. Ketika nota kesepakatan (Letter of Intent, LoI) pertama diteken pada 31 Oktober 1997, Indonesia pun terjebak dalam peniadaan subsidi, pengetatan anggaran, liberalisasi perdagangan dan privatisasi BUMN.

Eh, masih saja disusul LoI kedua, 15 Januari 1998. Masih ada LoI ketiga, dan kenaikan harga BBM yang dipaksakan oleh IMF telah menimbulkan krisis mutlidimensional.

Blunder terjadi ketika dana BUMN dialihkan ke SBI yang melonjak 30 persen untuk satu bulan pada 1997. Akibatnya pasar rush menyerbu dolar. Rupiah terjun bebas Rp 17.000 perdolar pada 22 Januari 1998.

SURPRISE juga sang serdadu ini muncul ke panggung politik nasional. Gerindra yang berdiri setahun lalu itu sudah didukung 11 juta anggota. “Semuanya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News