Membangun Tanah Papua dengan Adat

Oleh Dr. Ir. Mervin Komber - Dosen Universitas Pendidikan Muhamadiyah Sorong Papua Barat Daya

Membangun Tanah Papua dengan Adat
Anggota DPD/MPR RI Periode 2009-2014 dan Periode 2014-2019 Dapil Papua Barat, alumni Universitas Cenderawasih Papua 2003, Sekjen Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia 2006-2009, dan Dosen Tetap Universitas Pendidikan Muhamadiyah Sorong Papua Barat Daya Dr. Ir. Mervin Komber. Foto: Dokumentasi pribadi

Identitas orang Papua itu terbentuk di dalam relasinya dengan alam dan hutan adatnya dengan sesama suku dan antarsuku, dan dengan dunia yang tidak kelihatan (para leluhur) yang dapat saling berhubungan dengan dunia hidup manusia melalui ritual dan laku hidup tertentu.

Penelitian dari Center for International Forestry Research (CIFOR) tahun 2023  merekomendasikan beberapa hal yakni adanya pemetaan partisipatif wilayah adat, insentif bagi pembangunan berbasis kearifan lokal, dan pendidikan multikultural bagi perencana pembangunan.

Dalam relasinya dengan alam itu, ada suatu filosofi yang amat penting bagi orang Papua yaitu mereka tidak pernah merasa kekurangan jika hidup ditengah-tengah alam. Artinya hidup itu dinamis dan alam menyediakan segalanya bagi kehidupannya dan masa depannya.

Kaum peramu dan petani amat menyadari filosofi ini. Keyakinan terhadap alam yang senantiasa yang menyediakan makanan telah membuat mereka percaya diri, menjadi seseorang yang berdiri di atas kaki sendiri, berswadaya dan berswakarsa.

Studi dari World Development (Tebtebba, 2018) menunjukkan bahwa model ekonomi adat (contoh: sasi di Maluku atau subak di Bali) mampu meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi ketimpangan.

Pada kelompok masyarakat Adat Bomberay, sistem sasi biasanya dilakukan untuk tanaman jangka panjang semisal pala dan durian.

Pembangunan Papua dari Masa ke Masa

Presiden Sukarno yang nasionalis menangani masalah Papua dengan Operasi Trikora. Bung Karno tidak ingin Papua “terlepas” dari Indonesia dan menjadi bagian dari Belanda: “apakah seseorang akan membiarkan salah satu anggota tubuhnya diamputasi tanpa melakukan perlawanan?” kata Bung Karno untuk menjelaskan posisi sikap Indonesia terhadap Papua dalam konteks historis kolonialisme Belanda.

Membangun Tanah Papua dengan pola pendekatan adat, tidak perlu dibuatkan lembaga khusus seperti UP4B dan atau UKP OTSUS.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News