Membedah Dampak Negatif Perang Dagang AS - Tiongkok bagi RI

jpnn.com, JAKARTA - Chief Economist UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengatakan, imbas perang dagang Amerika Serikat melawan Tiongkok dapat dilihat dari hubungan dagang RI-Tiongkok dan RI-AS.
Selama ini ekspor ke Tiongkok memegang porsi 15 persen, sedangkan ekspor ke AS sekitar sepuluh persen.
Dampak langsung terutama ke AS karena Indonesia mengekspor barang untuk konsumsi seperti tekstil bahan dasar sepatu dan mineral.
”Dampak negatif ke mata uang kita, karena sentimen global. Jadi, ini perlu dipersiapkan dan saat yang tepat untuk industri supaya bisa memanfaatkan konten lokal lebih tinggi sehingga bisa menaikkan ekspor. Bukan saja ke Tiongkok dan AS, tapi lebih bisa diversifikasi,” kata Enrico, Kamis (26/7).
Menurut dia, wawasan mengenai itulah yang harus dipahami para pengusaha di dalam negeri.
Dengan demikian, imbas perang dagang bisa dimanfaatkan secara maksimal. Sedangkan bagi pemerintah, harus lebih foward looking.
Misalnya, industri baja olahan, dengan adanya perang dagang yang terus berlangsung, menaikkan proses ke added value yang lebih tinggi.
”Kalau perlu ini harus di-push. Serta menarik foreign direct investment,” ujar Enrico.
imbas perang dagang Amerika Serikat melawan Tiongkok dapat dilihat dari hubungan dagang RI-Tiongkok dan RI-AS.
- Perusahaan Mebel Asal Semarang Siap Bersaing di Belanda dengan Manfaatkan KITE IKM
- Kanwil Bea Cukai Banten Berikan Izin Kawasan Berikat untuk Perusahaan Baja di Cilegon
- Dapat Dukungan Kemendag, Master Bagasi Siap Memperluas Pasar Ekspor Produk Indonesia
- Ekspor Tembakau Iris ke Jepang, PT Taru Martani Dapat Fasilitas Ini dari Bea Cukai
- Bea Cukai Fasilitasi Ekspor 500 Kilogram Ikan Anggoli ke Hawai
- Ciptakan Peluang Ekspor UMKM, Bea Cukai-PT Pos Soft Launching Export Collaboration Room