Membungkam Tweeps

Membungkam Tweeps
Membungkam Tweeps

Misalnya di Prancis dan Jerman, melarang konten yang Pro-Nazi. Kebijakan baru itu menimbulkan rasa was-was bagi pemilik akun Twitter, karena bisa mengancam kebebasan berkicau twit twit. Bagaimana dengan di Indonesia? Yang konon maniak jejaring sosial? Yang pengguna twitter terbesar kedua di dunia? Yang banyak digandrungi aktivis DPR RI, politis, selebriti, seniman, dan dunia pendidikan itu? Apakah akan disensor, untuk tema-tema tertentu? Misalnya yang terkait dengan sentilan pada pejabat negeri? “Ah, tidak! Tidak ada rencana menyensor twitter, meski ada peluang untuk itu dari manajemen di San Francisco? Seandainya pun ada sesuatu yang akan diblok, pemerintah akan sounding ke public dulu, jadi tidak ada silence operation-lah,” ucap Gatot S Dewa Broto, Kepala Humas Menkominfo RI. Menurutnya, konflik akibat Twitter di Indonesia masih person to person.

Misalnya adu kicau Kevin “Vierra” Aprillio v Marissa Haque, Addie MS (bapaknya Kevin, red) v Marisa Haque soal gelar Doktor IPB Bogor. Lalu Luna Maya yang kesal dengan sikap infotainment, dan menumpahkan kejengkelannya dengan kata-kata kasar dan menghina via twitter. Contoh lain, perseteruan keras Dewi Perssik v Julia Perez, sesama artis seksi yang seolah sedang bermain sinetron di dunia maya. Twitter telah menjadi media komunikasi yang sangat intim.

Orang seperti sedang berbincang dekat, berantem keras, banting membanting meja, bakar membakar perasaan, adu mulut, dan dengan mudah disaksikan oleh followers-nya. Selebritis dunia pun, seperti pasangan Demi Moore dan Ashton Kutcher diterpa badai isu perceraiannya yang live di twitter. Tentu, ini info yang lebih cepat dari media manapun, karena yang menulis mereka sendiri, tidak diedit, tidak ditambah-kurang, dan menjadi bahan tontonan gratis. Media melaporkan seorang perempuan bernama Sara Leal mengklaim pernah berhubungan seks dengan Kutcher. Kutcher dan Leal kepergok check out dari Roosevelt Hotel di Hollywood, Juni lalu. Mereka menghabiskan malam bersama di San Diego.

Padahal, hari itu adalah perayaan ulang tahun pernikahan Kutcher yang keenam bersama Moore. Kicauan perselingkuhan inilah yang membuat rumah tangga Kutcher dan Moore berantakan. Saya yakin ada banyak kisah putus cinta, kawin cerai, karena Twitter. Gatot Dewa Broto pede, bahwa Indonesia tidak perlu main blokir memblokir. Itu term kuno yang menghadirkan caci maki jutaan jamaah dunia maya. Tidak popular.

Bahkan dianggap “merusak demokrasi”, membungkam hak berkicau. Mengapa pede? Karena benteng UU ITE No 11 tahun 2008 sudah amat jelas da kuat. Pasal 27 sampai 37 bisa menjerat siapa saja yang memanfaatkan jaringan itu untuk pencemaran nama baik, perjudian, dan lainnya. Jadi, kalau ada yang terganggu oleh kicauan twit twit, lihat saja UU ITE. Tapi buat apa juga sih tersinggung kicauan dunia lain? Yang baik diambil, yang buruk dibuang, yang cantik diunduh, yang baru diadop, yang inspiratif disimpan, yang bikin kesel di un-follow saja! Gitu saja kok repot! (*)

*) Penulis adalah Pemimpin Redaksi – Direktur Indopos, dan Wadir Jawa Pos.


Berita Selanjutnya:
Minirampok Minimarket

TAPAL batas paling terlihat tegas dari kebebasan adalah hukum. Batas lebih halus namanya etika. Dua garis pembatas itulah yang bisa melokalisasi


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News