Memikirkan 1.000 Kematian Sebulan
Di Jawa, PLN perlu 5000 Pasukan Berani Mati
Senin, 23 Agustus 2010 – 06:06 WIB
Di mana-mana saya mendiskusikan soal ini sekarang. Saat di Riau misalnya, ada usul bagaimana kalau pemeliharaan dilakukan di hari Minggu. Usul ini kelihatannya masuk akal. Tapi saya masih keberatan. Di hari Minggu pun kini listrik tidak boleh mati. Banyak orang kawin di hari minggu.
Mereka akhirnya menyepakati pemeliharaan dilakukan malam hari, antara jam 23.00 sampai jam 04.00. Setelah para pengantin ditinggalkan para tamunya pulang. Di saat pengantin berangkat ke peraduan inilah petugas PLN mulai berangkat ke lapangan memanjat iang-tiang listrik. Lalu mematikannya. Gelap.
Berarti mereka akan bekerja malam. Tidak apa-apa. Toh masinis kereta api, pilot jurusan antar benua, pegawai percetakan koran, karyawan pembangkit listrik sendiri, semuanya kerja malam. Apa salahnya kalau pegawai PLN bagian pemeliharaan juga bekerja malam.
Tapi ide seperti di Riau itu tidak akan bisa dijalankan di Jakata. Juga di seluruh Jawa. Orang Jakarta sudah terlalu biasa tidur dengan AC. Kalau listrik mati, biar pun jam 00.00 tidak bisa diterima. Mereka bukan lagi pengantin baru. Mereka mengatakan tidak bisa tidur. Ini akan menganggu stabilitas ekonomi keesokan harinya.
INI tidak ada hubungannya dengan kenaikan TDL. Baik yang lalu maupun yang konon akan naik lagi Januari tahun depan. Ini soal kebiasaan di PLN yang
BERITA TERKAIT