Menang Berkat Diare, Kunjungi Pasien Bawa Anak
Sabtu, 27 Maret 2010 – 04:17 WIB

Foto: Sekaring Ratri Adaninggar/Jawa Pos.
Ketertarikan Yati pada dunia kedokteran tidak datang tiba-tiba. Ayah dan kakeknya adalah dokter. Karena itu, dunia tersebut menjadi bagian hidupnya sejak kecil. Tumbuh besar di lingkungan dokter membuat Yati menjatuhkan pilihan yang sama dengan ayah maupun kakeknya. Tidak ada paksaan dari orang tua. "Lha saya memang seneng kok," ujar anak kedua di antara delapan bersaudara itu.
Selepas SMA, ibu tiga anak tersebut mantap meneruskan pendidikan di Fakultas Kedokteran UGM pada 1963. Selama menjalani pendidikan dokter, ketertarikan Yati pada dunia kedokteran makin menggebu. Apalagi ketika dia menjalani program co-ass (co-assistant). "Hampir semua bidang kedokteran itu menarik. Waktu di bagian mata, kok nyenengke, cilik tapi jendela otak," kenangnya.
Awalnya, tidak terpikir dalam benak Yati untuk meneruskan pendidikan spesialis anak. Sebab, setelah menikah pada 1968, dia memilih meneruskan spesialis kulit atau mata.
Namun, satu-satunya profesor spesialis anak saat itu, almarhum Prof Ismangun, menyarankan agar Yati memilih spesialis anak melalui suaminya. "Beliau bilang sama suami saya, 'Piye nek bojomu mlebu anak wae" (bagaimana kalau istrimu masuk spesialis anak saja)'," kata Yati menirukan ucapan Profesor Ismangun yang disampaikan lewat sang suami itu.
Seorang dokter wanita Indonesia menorehkan prestasi di kancah internasional. Prof dr Srisupar Yati Soenarto SpA(K) PhD kini menyandang predikat dokter
BERITA TERKAIT
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu