Menarik, Ini Wisata Selam Paling Menantang Nyali
Kejadiannya 29 Maret 2016 itu, adalah hari tarakhir paket wisata yang dia ikuti di wilayah ini. Seharusnya Lykhyar sudah bersiap-siap dan berkemas untuk perjalanan berikutnya, yakni ke Sorong sebelum kembali ke Rusia.
Mungkin karena dianggap sebagai hari terakhir, Lykhvar ngotot untuk snorkeling sendiri. Dia memilih sendiri di bagian selatan pulau Manyaifuin, sementara lokasi homestaynya di perkampungan bagain utara pulau. Beberapa guide sempat mencegah niat turis Rusia itu.
Diam-diam, Lykhvar berangkat sendiri ke lokasi. Setelah ditunggu sampai 24 jam tidak kembali, akhirnya dilaporkan ke Polisi, SAR dan Pemda. Mereka menyatakan Lykhyar hilang, lalu dilakukan pencarian. Dua hari hilang, Lykhyar ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Lokasi jasad Lykhvar ditemukan jauh terpencil dan berbahaya, karena arusnya deras dan banyak karang yang tajam.
Dari hasil visum dokter di RSUD Raja Ampat, diduga kuat korban tewas akibat diserang buaya. Jasad Lykhvar telah dibawa ke Sorong, yang berjarak 2 jam perjalanan dengan kapal dari Raja Ampat. Sesuai permintaan keluarga, jasadnya dikremasi.
Kasus ini sudah diinfokan ke pihak Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia. Mereka juga sudah mengabarkan berita duka ini kepada keluarga Lykhvar di Moskow. Dalam waktu dekat, abunya akan diberangkatkan ke Rusia.
Cipto AG bersimpati atas korban Lykhvar dari Rusia itu. Kemenpar ikut bela sungkawa atas peristiwa itu, semoga itu kejadian yang terakhir, tragedi dengan binatang predator. "Kami menaruh simpati dan turut berduka atas peristiwa itu," katanya.
“Intinya, semua aktivitas wisata alam itu memiliki risiko. Namun bila dilakukan dengan mengikuti kaidah keselamatan maka, risiko itu bisa diminimalisir. Ada prosedur manajemen risiko yang harus ditempuh,” jelas Cipto yang pernah mendapat penghargaan Dive Trend Asia 2012 itu.
“Jika mengikuti aturan dan prosedur yang dipandu oleh tour guide atau dive master-nya, saya yakin hal seperti ini tidak perlu terjadi. Tetapi kalau jalan sendiri, apalagi sembunyi-sembunyi, ya memang bisa fatal. Di kalangan diver, peristiwa Raja Ampat ini bisa diterima sebagai “kelalaian individu”. Lokasinya jauh dari tempat yang direkomendasi untuk diving dan snorkeling,” ungkap Cipto.
- Gerakan Guna Ulang Jakarta, Edukasi Mengurangi Pemakaian Plastik Sekali Pakai
- Fasilitas Makin Lengkap, Triboon Hub Tambah 2 Resto Baru di Jakarta
- Durasi Pemadaman Lampu Program Earth Hour Terlalu Singkat
- Di Tengah Sosialisasi Tupoksi kepada Warga, MKD DPR RI Singgung Pelat Nomor Khusus
- Tjahjo Kumolo Meninggal Dunia, Warga Bekasi Diminta Kibarkan Bendera Setengah Tiang
- Anies Bangun Kampung Gembira Gembrong dengan Dana Rp 7,8 Miliar dari Infak Salat Id di JIS