Menatap Rencana Indonesia Menjadi Pusat Manufaktur Kendaraan Listrik Asia

Sejak kecil, Nully sudah bertekad untuk mengurangi jejak karbon dengan naik angkutan umum ke sekolah, ketimbang menumpang mobil orang tuanya.
Bertahun-tahun kemudian, kesadaran lingkungan semakin mendorong keputusannya untuk membeli kendaraan listrik.
"Saya tidak ingin menjadi seseorang yang berkontribusi terhadap emisi lalu-lintas," kata Nully, yang tinggal di Jakarta.
Setelah melalui banyak pertimbangan, Nully merasa memiliki kendaraan listrik akan lebih murah dibanding mobil atau motor berbahan bakar bensin.
"Pertimbangan saya bersifat matematis dan keinginan untuk sesuatu yang efisien," jelasnya.
Tapi Nully hanyalah satu dari 1 persen orang yang mengendarai kendaraan listrik di jalanan Indonesia.
Pemerintah Indonesia bertekad meningkatkan penggunaan kendaraan listrik dengan banyak menawarkan insentif untuk menurunkan harganya.
Insentif yang ditawarkan pemerintah
Pemerintah Indonesia sudah menawarkan insentif pajak untuk meningkatkan penjualan mobil listrik, termasuk menghapus pajak penjualan barang mewah dan menurunkan pajak pertambahan nilai dari 11 menjadi satu persen.
Indonesia sudah menjadi pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara, tapi sekarang berambisi untuk mengalihkannya ke kendaraan listrik buatan dalam negeri, sekaligus menjadi produsen terbesar
- Dunia Hari Ini: Ledakan Bus di Israel Diduga 'Serangan Teror'
- Pelajar di Luar Negeri Ikut Dukung Aksi 'Indonesia Gelap'
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Subianto Lantik 481 Kepala Daerah
- Dunia Hari Ini: Bus Terjun ke Jurang di Bolivia, 30 Orang Tewas
- Omon-Omon Pemangkasan Anggaran: Efisiensi yang Kontradiktif?
- Dunia Hari Ini: Pesawat Delta Air Terbalik, Tak Ada Korban Jiwa