Menciptakan Generasi Berkualitas Melalui Gerakan Gadget Sehat
Jika hal itu berlangsung singkat atau hanya beberapa menit, lanjut Prof Ridha, tentu tidak begitu berdampak.
"Namun, jika tekukan itu terjadi lebih dari dua jam dan secara terus menerus, ini menjadi masalah. Maka akan terjadi gangguan yakni saraf kejepit pada bagian leher. Gejalanya yakni berat di pundak, leher pegal, tangan kesemutan, dan bangun tidur tidak segar," ujarnya.
Dahulunya, menurut dia, gejala itu sering dirasakan orang tua usia 60 tahun ke atas, tetapi sekarang mulai dirasakan remaja baik tingkat SMA, SMP, bahkan anak SD.
"Parahnya lagi, jika gejala awal itu diabaikan dan terus menggunakan gadget dengan posisi yang salah dan dalam durasi waktu yang lama maka yang terjadi adalah kematian saraf," tegasnya.
Kematian saraf tersebut jauh lebih berbahaya dan berujung cacat dengan gejala yang dialami adalah kelumpuhan pada tangan dan kaki, buang air kecil loss atau tidak terasa, dan seksualitas bagi kaum lelaki hilang.
"Jika seperti itu maka tidak ada obat yang menyembuhkan dan tidak ada operasi yang bisa mengembalikan," sebut Ridha.
Apa yang bisa terjadi? Lima hingga 10 tahun ke depan Indonesia akan melahirkan generasi yang cacat.
Atas dasar itula, Prof. Ridha menganggap pentingnya gerakan gadget sehat hadir di Indonesia dalam upaya menyelamatkan generasi muda dari situasi bonus demografi
Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) sangat yakin generasi yang berkualitaslah (pintar, sehat, dan bermoralitas baik) yang mampu membawa bangsanya jadi besar
- Inisiator GGSI Berharap BPJS Membuka Layanan Psikologi Pasien Kecanduan Gadget
- Membangun Generasi Emas 2045 Melalui Penggunaan Gadget Sehat
- Inisiator GGSI Ungkap Peran Strategis Guru Dalam Menyelamatkan Bonus Demografi
- Dampak Buruk Gadget Bisa Sampai Mematikan Saraf
- GGSI Ajak Para Guru Terus Mengampanyekan Gadget Sehat Bagi Anak