Mendaftar Kepolisian Hanya Bermodal Ijazah SMK dan Pengalaman Ikut Pramuka
Namun, rencana itu meleset. Uang tak mencukupi untuk membeli rumah baru. Alhasil, mereka hanya menempati bangunan hasil sumbangan dari kelompok ternak setempat. Sementara ibu kandungnya, sekarang tinggal bersama suami barunya.
Kehidupan yang pahit pelan-pelan akan ditinggalkan Bripda Taufik. Kini dia resmi menjadi anggota Polri. Bripda Taufik sejak awal masuk di satuan Sabhara Polda DIY. Setiap hari kerja, ia berangkat dari rumah hanya dengan berjalan kaki. Jarak yang cukup jauh, dari Jongke Tengah, Sendangadi, Mlati, ke Mapolda DIY kantor tempat tugasnya yang berada di Condongcatur, membuat Bripda Taufik selalu terlambat sampai di Mapolda DIJ. “Hampir setiap hari, saya kena hukuman,” ungkapnya.
Ia pun tak bisa berbuat banyak, selain harus menerima hukuman tersebut. Sebab aturan mengharuskan Bripda Taufik ikut apel pagi pukul 06.30. Hanya saja, ia baru bisa sampai di kantornya pukul 08.00.
Ia mengaku sudah mengantisipasi berangkat dinas dari rumah sesaat setelah waktu subuh. Bahkan, ia sering lari agar tidak terlambat sampai di kantor. Kondisi itu ia jalani setiap hari dan selalu berusaha untuk lebih baik.
Tapi apa daya, tangan tak sampai. Ia tidak punya bekal lain untuk mempercepat sampai di kantornya. Dia tidak cukup uang untuk naik angkutan umum atau ojek. Dia juga tidak punya motor untuk dinaiki ke kantor. “Memang ada mobil colt pikap milik bapak, tapi itu kan untuk kerja serabutan bapak. Belum lagi harus beli bensin,” ujarnya.
Ia sudah beberapa kali menceritakan kondisi yang sebenarnya pada teman-teman dinasnya, termasuk pada atasannya tentang biang keladi keterlambatannya itu. Namun, ceritanya itu dikira hanya bualan belaka. “Saya mengatakan yang sebenarnya. Jalan kaki dari rumah. Awalnya, mereka tidak langsung percaya,” tuturnya.
Setelah sekian lama, akhirnya alasan Bripda Taufik itu didengar oleh petinggi di Polda DIY. Pihak polda mengutus personel untuk mengecek ke rumahnya. Para seniornya terheran-heran dengan kondisi sebenar-nya yang dialami Bripda Taufik.
Sebelum menjadi anggota polisi, Taufik merupakan lulusan SMKN 1 Seyegan. Setelah lulus, ia mengisi waktu sebagai tenaga relawan perpustakaan di bekas sekolahnya dengan honorarium seadanya. Pada 2014 lalu, ia menguatkan tekadnya untuk mendaftar sebagai polisi.
Saat ini, tidak banyak lagi anggota polisi yang sanggup hidup dalam kesederhanaan. Apa lagi dalam usia yang masih sangat muda. Tapi bagi Muhammad
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408